Propinsi Tapanuli: Gugat Mindset Kolonial

Propinsi Tapanuli: Gugat Mindset Kolonial
Propinsi Tapanuli: Gugat Mindset Kolonial
JANGAN-jangan akar persoalannya adalah pendekatan pembangunan yang terlalu berorientasi urban alias perkotaan. Kajian kecil itulah, yang saya diskusikan dengan beberapa rekan di Medan, setelah hampir dua pekan tragedi unjuk rasa menggugat Propinsi Tapanuli (Protap) yang berujung anarkis dan meraih korban jiwa Ketua DPRD Sumatera Utara, Abdul Azis Angkat di Medan.

Fenomena ini tidak khas Sumatera Utara (Sumut). Terjadi juga di berbagai belahan Tanah Air, walau bukan generalisi. Secara kasat mata saja, Medan sebagai ibukota Sumut lebih maju dibanding berbagai ibukota kabupaten dan kota di propinsi itu. Bak antara langit dan bumi.

Gambaran “janus” itu, yang satu tertawa dan lainnya menangis, akan kelihatan jika Anda membandingkan Jakarta dan kota-kota propinsi dengan wajah kabupaten-kota   di seluruh Indonesia.

Bila spektrum pembahasan diperlebar, secara langsung  maupun tak langsung, sesunguhnya pengaruh dan  peranan negara maju yang mengoperasikan system neoliberalisme di Indonesia sangat berperan, baik semasa zaman penjajahan dulu maupun di era globalisasi ini.

JANGAN-jangan akar persoalannya adalah pendekatan pembangunan yang terlalu berorientasi urban alias perkotaan. Kajian kecil itulah, yang saya diskusikan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News