Prosesi Pernikahan Dua Budaya Putra Hatta Rajasa dan Cucu Mooryati Soedibyo

Air Siraman dari Tujuh Mata Air, Mempelai Pria Naik Kuda Dikawal 30 Prajurit Keraton

Prosesi Pernikahan Dua Budaya Putra Hatta Rajasa dan Cucu Mooryati Soedibyo
Foto : Abror Rizki/RUMGAPRES

Lalu ada upacara injak telur (injak wiji dadi) dan pemasangan kain sindur oleh ayah Ninik, KPH Djoko Ramiadji dan Merinda Rubiyanti, ke punak kedua mempelai. Selanjutnya, sindur binayang, yaitu kedua mempelai menuju pelaminan yang tidak dilengkapi kursi.

Acara dilanjutkan upacara timbang/pangkon. Mempelai pria duduk di paha kanan mertuanya, Djoko Ramiadji, sedangkan mempelai wanita duduk di paha kiri. Ketika kedua mempelai di pelaminan, orang tua pengantin pria datang dan bergabung bersama orang tua mempelai wanita. Momen kedatangan orang tua pengantin pria ini disebut tilik pitik.

Yang juga istimewa adalah saat upacara siraman (sebelum akad nikah). Air yang digunakan untuk siraman berasal dari tujuh sumber mata air. Yakni, dari gua Ratu, Jawa Barat; Kebun Raya Bogor; Istana Raja di Pelabuhan Ratu; Sekar Kedaton, Jawa Barat; pemandian Pengging, Boyolali; Langen Harjo, Solo; dan air zamzam. Tujuan didatangkannya air dari tujuh mata air ini bisa diartikan sebagai sumber kehidupan dari tujuh arah mata angin. Tujuannya untuk mendatangkan kesehatan, keselamatan, dan rezeki.

Orang yang melakukan siraman berjumlah ganjil. Seusai siraman, Djoko Ramiadji menggunting sedikit rambut putrinya, kemudian menggendongnya. Setelah itu dilanjutkan malam midodareni atau malam kedatangan para bidadari.

Dua tokoh berbeda latar belakang budaya besanan. Tokoh asal Palembang, Hatta Rajasa, menikahkan putra sulungnya, Reza Ihsan Rajasa, dengan Oktiniwati

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News