Prospek Kakao Indonesia Kian Manis di Tengah Pandemi

jpnn.com, JAKARTA - Kakao Indonesia memiliki prospek cerah yang kian manis, bahkan sampai ke kancah global.
Plt. Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin, Putu Juli Ardika mengatakn berdasarkan potensi yang ada, Indonesia memiliki peluang besar dalam peningkatan nilai tambah komoditas kakao melalui kebijakan hilirisasi.
"Indonesia adalah produsen kakao olahan terbesar ketiga dunia setelah Belanda dan Pantai Gading. Kekuatan tersebut didorong dari 11 industri pengolahan kakao dengan total kapasitas terpasang mencapai 739 ribu ton per tahun," ujar Putu, Senin (29/11).
Menurut dia, di tengah pandemi Covid-19 industri pengolahan kakao telah mampu memberikan kontribusi signfikan terhadap devisa.
"Ini berdasarkan pencapaian nilai ekspor produk kakao olahan nasional sebesar USD 1,12 miliar yang naik dibanding tahun sebelumnya USD 1,01 miliar," ungkapnya.
Produk kakao olahan yang diekspor, di antaranya dalam bentuk liquor, butter, bubuk, dan cake.
“Negara tujuan utama ekspor kakao olahan Indonesia, di antaranya Amerika Serikat, Belanda, India, Jerman, dan China,” sebut Putu.
Putu menambahkan kakao dapat berdaya saing di kancah global karena industri pengolahan dalam negeri telah memiliki standar internasional.
Potensi kakao di Indonesia memiliki prospek cerah yang kian manis hingga ke kancah global.
- Pemerintah Akhirnya Rilis Sertifikat TKDN iPhone 16, Apple Sudah Bisa Jualan
- Bea Cukai Fasilitasi Ekspor 500 Kilogram Ikan Anggoli ke Hawai
- Terima Aspirasi Pedagang untuk Revitalisasi Pasar Boja Kendal, Gubernur Jateng: Pakai Anggaran Perubahan
- Ciptakan Peluang Ekspor UMKM, Bea Cukai-PT Pos Soft Launching Export Collaboration Room
- Kemenperin: Lapangan Kerja Tumbuh 20 Kali Lebih Besar dibandingkan PHK
- Dampingi Mendag Budi, Bea Cukai Turut Lepas Ekspor Perdana 351 Ton Kratom dari Bekasi