Protokol Omicron

Protokol Omicron
Dahlan Iskan di Xinjiang, Tiongkok, beberapa waktu lalu. Foto: disway.id

SARS dulu mengakibatkan kematian sampai 8 persen. MERS sampai 40 persen. Dua-duanya tidak sampai mewabah di Indonesia. Dunia sudah sepakat, yang meninggal akibat Covid-19 sekitar 2 persen.

Ia tahu ada varian baru. Tapi, di matanya, tidak baru.

Hanya saja, kian hari, kata Indro, pembicaraan mengenai varian Omicron kian seru. Ia pun kembali masuk ke laboratorium. Juga mempelajari bahan-bahan yang ada.

Akhirnya ia ambil keputusan. "Saya harus membuat video baru. Masyarakat tidak boleh panik," ujar Indro yang lama menjadi peneliti virus di Universitas Adelaide Australia itu.

Kebetulan Senin pagi kemarin ia harus ke Jakarta. Mengisi seminar. Di perjalanan itulah timbul ide untuk membuat video. Tapi di jalan yang menurun dari Bandung ia ingin konsentrasi dengan kemudi. Terlalu banyak berita kecelakaan di area itu. Yang melibatkan penyanyi sampai pengusaha. Terakhir: Direktur Indomaret itu. Yang mobilnya ringsek tertindih kontainer yang roboh.

Maka begitu mobilnya sampai di jalan tol layang Cikarang-Cawang, mulailah video itu dibuat.

Saya sendiri sudah berkali-kali lewat jalan layang itu, tapi sama dengan drh Indro: lupa nama jalan itu. Padahal setiap memasukinya selalu terbaca nama jalan itu: ada kata pangeran, ada kata bin, tapi bukan kata Salman di buntutnya.

Saya tidak bisa menebak jenis mobil apa yang dikendarai peneliti virus yang terkenal ini. "Jangan disebut. Saya malu. Ini mobil kaleng," katanya.

Omicron diambil dari bahasa Yunani. WHO memang mengambil bahasa Yunani untuk memberi nama semua varian Covid-19.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News