Proyek Pembersihan Samudera Pasifik Dari Limbah Plastik Masih Belum Efektif

Boyan Slat mengatakan dirinya tidak gentar oleh kemunduran ini karena para teknisi berharap dapat membuat perbaikan dalam sistem di perangkat pembersih lautan ini.
"Apa yang kami coba lakukan belum pernah dilakukan sebelumnya," katanya.
"Jadi, tentu saja kami berharap masih perlu memperbaiki beberapa hal sebelum beroperasi sepenuhnya."
Dilengkapi dengan lampu bertenaga surya, kamera, sensor dan antena satelit, perangkat ini dimaksudkan dapat mengkomunikasikan posisinya setiap saat, memungkinkan kapal pendukung untuk menangkap plastik yang berhasil dikumpulkan alat ini setiap beberapa bulan sekali dan mengangkutnya ke daratan untuk didaur ulang.
Boyan Slat mengatakan dia berharap sudah akan menerima kontainer pengiriman yang dipenuhi oleh jaring ikan, botol plastik, keranjang binatu dan sampah plastik lainnya yang diambil oleh sistem ini sudah dapat kembali ke darat dalam waktu satu tahun.
"Kami telah memberi diri kami waktu setahun setelah peluncuran untuk mendapati sistem ini benar-benar berhasil," katanya.
Proyek masih menghadapi skeptisisme
Di antara mereka yang skeptis terhadap proyek pembersihan Ocean Slat adalah George Leonard, kepala ilmuwan Ocean Conservancy, kelompok advokasi lingkungan nirlaba.
George Leonard mengatakan sekalipun sampah-sampah plastik bisa dibawa keluar dari laut, aka nada lebih banyak limbah plastik yang akan terus mengalir ke laut setiap tahunnya.
- Paus Fransiskus, Pemimpin Gereja Katolik yang Reformis, Meninggal Dunia pada Usia 88 tahun
- Dunia Hari Ini: PM Australia Sebut Rencana Militer Rusia di Indonesia sebagai 'Propaganda'
- Sulitnya Beli Rumah Bagi Anak Muda Jadi Salah Satu Topik di Pemilu Australia
- Rusia Menanggapi Klaim Upayanya Mengakses Pangkalan Militer di Indonesia
- Dunia Hari Ini: Siap Hadapi Perang, Warga Eropa Diminta Sisihkan Bekal untuk 72 Jam
- Rusia Mengincar Pangkalan Udara di Indonesia, Begini Reaksi Australia