PT LI Nilai Salary Cap Tak Sesuai Mekanisme Pasar
jpnn.com - JAKARTA- Di akhir musim, masalah tunggakan gaji memang selalu menghampiri kompetisi Indonesia Super League (ISL). Salah satu faktor yang disebut membuat klub-klub akhirnya menunggak adalah soal kontrak pemain yang tinggi.
Memang, pada musim 2015 ini, nilai pemain terus naik. Klub banyak yang memberikan kenaikan 10-30 persen kontrak pada pemain yang dianggap berkualitas dan memberikan kontribusi penting.
Kondisi ini memang tak berbeda jauh dengan yang terjadi di liga pro di Eropa. Bedanya, neraca keuangan dan sepak bola disana sudah menjadi industri. Sementara, di Indonesia, sepak bola belum ke arah sana.
Karena itu, wacana untuk menerapkan salary cap atau pembatasan kontrak/gaji pemain sempat mengemuka kembali. Menanggapi hal itu, CEO PT Liga Indonesia (LI) Joko Driyono mengaku tak sepakat.
"Itu bukan sistem yang kami anut. Justru saat ini kami lebih senang dengan financial fairplay. Karena itu adalah cap terhadap budgeting," katanya.
Alasan menolak salary cap menurut dia sangat sederhana. Yakni, tak sesuai dengan prinsip pasar.
"Itu menjadi tidak favorit karena kami jangan halangi klub yang besar untuk menjadi lebih besar lagi. Karena ini sudah menjadi mekanisme pasar. Justru klub itu yang harus bisa balance keuangannya," tandas alumnus ITS Surabaya tersebut. (dkk/jpnn)
JAKARTA- Di akhir musim, masalah tunggakan gaji memang selalu menghampiri kompetisi Indonesia Super League (ISL). Salah satu faktor yang disebut
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Kualifikasi FIBA Asia Cup 2025: Mengintip Preran Vital Tenaga Medis
- Dukung Pertamina Eco Run Fest 2024, PertaLife Insurance Berikan Proteksi untuk Pelari
- Skuad Thailand di Piala AFF 2024, 4 Nama Kondang Absen
- Daftar Harga Tiket Indonesia Masters 2025, Mulai Rp 90 Ribu
- Michelle Elizabeth Surjaputra Resmi Pimpin FTI DKI Jakarta 2024-2028
- Piala AFF 2024, Timnas Indonesia tidak Berkandang di SUGBK