Puan Maharani Bicara Prospek PDIP Gabung SBY
Seperti Pacaran, Mencari Kecocokan
Kamis, 28 Oktober 2010 – 08:08 WIB
BAGAIMANA sebenarnya prospek hubungan PDIP dengan pemerintahan SBY menjelang momentum reshuffle mendatang? Berikut petikan wawancara dengan Puan Maharani, putri Megawati yang disebut sebagai pemimpin masa depan PDIP, usai membuka Diskusi Sumpah Pemuda DPP PDIP di Restoran Pulau Dua, Jalan Gatot Subroto, Jakarta, Rabu (27/10).
PDIP sebaiknya masuk atau tidak ke kabinet?
Sampai saat ini belum ada keputusan mengenai reshuffle. Sesuai dengan hasil kongres Bali, kan sudah jelas, posisi kami di luar setgab (sekretariat gabungan) dan koalisi. Namanya juga menyatukan dua visi, tentu saja harus ada transisi dan komunikasi yang lebih intensif untuk menyatukan dua tujuan yang berbeda.
Tadi disebut perlu masa transisi. Artinya, PDIP memang akan membuka opsi bergabung ke kabinet?
Kami selalu membuka diri kepada siapa pun. Silaturahmi dan komunikasi selalu dibuka. Tapi, berapa lama waktunya atau bagaimana caranya, itu kan proses. Proses itu tidak bisa dilakukan (secara) instan. Jadi, mengalirlah.
Berdasar pengalaman Pemilu 2009, di luar kabinet ternyata tak menguntungkan PDIP. Buktinya, suara malah turun...
Itu kata kamu, itu kata kamu lho. (lantas tertawa)
Proses transisi untuk menyamakan frekuensi antara PDIP dan SBY kira-kira sampai berapa lama?
Seperti orang mau menikah, semua juga perlu proses. Nggak bisa dibilang satu hari, satu minggu, satu bulan, satu tahun, bahkan lima tahun pun kami pacaran terus kan. Ketika sudah ada persamaan visi dan persetujuan seluruh keluarga besar, mungkin akan terjadi (koalisi, Red). Kalau memang masih ada hal-hal yang belum terpenuhi, sabar dululah.
Sejumlah elite DPP Partai Demokrat sempat menyebut SBY kerap memuji Taufik Kiemas. Ketua umumnya, Anas Urbaningrum, juga menyatakan wellcome kepada PDIP.
Ya, alhamdulillah. Kecocokan itu harus mengalir natural dan tidak bisa dipaksakan. Kalau sudah ada kesamaan visi, kemudian kesamaan sikap politik, monggo-monggo saja. Kami juga punya sikap politik partai. Nggak bisa "hanya karena kecocokan sikap politik di antara dua pemimpin itu (SBY dan Taufik Kiemas, Red)" kemudian harus menyatukan sikap politik yang ada di partai.
Sebenarnya, selain Megawati, siapa lagi tokoh PDIP yang ngotot menolak bergabung ke pemerintahan?
Kata siapa ngotot, ayo jangan memprovokasi (lantas tertawa).
Jadi, bagaimana posisi Megawati sekarang?
Posisinya sesuai dengan aturan dan mekanisme saja kok. Sesuai dengan hasil kongres, kami berpegang kepada sikap politik dan AD/ART partai. Hal itu diamanatkan kongres, bukan maunya partai atau maunya ketua umum. Tapi, itu amanat kongres internal PDIP.
Apa sebenarnya inti amanat kongres?
PDIP sebaiknya masuk atau tidak ke kabinet?
Sampai saat ini belum ada keputusan mengenai reshuffle. Sesuai dengan hasil kongres Bali, kan sudah jelas, posisi kami di luar setgab (sekretariat gabungan) dan koalisi. Namanya juga menyatukan dua visi, tentu saja harus ada transisi dan komunikasi yang lebih intensif untuk menyatukan dua tujuan yang berbeda.
Tadi disebut perlu masa transisi. Artinya, PDIP memang akan membuka opsi bergabung ke kabinet?
Kami selalu membuka diri kepada siapa pun. Silaturahmi dan komunikasi selalu dibuka. Tapi, berapa lama waktunya atau bagaimana caranya, itu kan proses. Proses itu tidak bisa dilakukan (secara) instan. Jadi, mengalirlah.
Berdasar pengalaman Pemilu 2009, di luar kabinet ternyata tak menguntungkan PDIP. Buktinya, suara malah turun...
Itu kata kamu, itu kata kamu lho. (lantas tertawa)
Proses transisi untuk menyamakan frekuensi antara PDIP dan SBY kira-kira sampai berapa lama?
Seperti orang mau menikah, semua juga perlu proses. Nggak bisa dibilang satu hari, satu minggu, satu bulan, satu tahun, bahkan lima tahun pun kami pacaran terus kan. Ketika sudah ada persamaan visi dan persetujuan seluruh keluarga besar, mungkin akan terjadi (koalisi, Red). Kalau memang masih ada hal-hal yang belum terpenuhi, sabar dululah.
Sejumlah elite DPP Partai Demokrat sempat menyebut SBY kerap memuji Taufik Kiemas. Ketua umumnya, Anas Urbaningrum, juga menyatakan wellcome kepada PDIP.
Ya, alhamdulillah. Kecocokan itu harus mengalir natural dan tidak bisa dipaksakan. Kalau sudah ada kesamaan visi, kemudian kesamaan sikap politik, monggo-monggo saja. Kami juga punya sikap politik partai. Nggak bisa "hanya karena kecocokan sikap politik di antara dua pemimpin itu (SBY dan Taufik Kiemas, Red)" kemudian harus menyatukan sikap politik yang ada di partai.
Sebenarnya, selain Megawati, siapa lagi tokoh PDIP yang ngotot menolak bergabung ke pemerintahan?
Kata siapa ngotot, ayo jangan memprovokasi (lantas tertawa).
Jadi, bagaimana posisi Megawati sekarang?
Posisinya sesuai dengan aturan dan mekanisme saja kok. Sesuai dengan hasil kongres, kami berpegang kepada sikap politik dan AD/ART partai. Hal itu diamanatkan kongres, bukan maunya partai atau maunya ketua umum. Tapi, itu amanat kongres internal PDIP.
Apa sebenarnya inti amanat kongres?
Komunikasi tetap dijalankan, silaturahmi tetap berjalan. Kami semua tidak pernah bermusuhan. Kami semua selalu bersama-sama demi kepentingan bangsa dan negara. (pri/c3/tof)
BAGAIMANA sebenarnya prospek hubungan PDIP dengan pemerintahan SBY menjelang momentum reshuffle mendatang? Berikut petikan wawancara dengan Puan
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
BERITA TERKAIT
- Ratusan Orang di Klaten Deklarasikan Gerakan Jateng Muda
- Elektabilitas Pramono-Rano Karno Tinggi di Semua Wilayah Jakarta
- Menjelang Pemungutan Suara, Bawaslu Minta Pengawas Pilkada 2024 Bikin LHP Secara Detail
- Ahmed Zaki Iskandar Minta Kader Golkar Bekerja Keras Memenangkan Ridwan Kamil-Suswono
- Ridwan Kamil Janji Mau Bikin Jakarta Maju Tetap Berkeadilan
- Membangun Jakarta Bareng Anak Muda, RK Ecosystem Kenalkan Program Kolaborasi ala RIDO