Puan Setuju Bertemu Ical dan Anas
Setelah Pertemuan Demokrat-Golkar
Sabtu, 27 November 2010 – 07:30 WIB
Puan menyampaikan, komunikasi politik di semua parpol harus selalu dilakukan. Menurut dia, suatu bangsa tidak akan bisa bernegara tanpa politik yang beretika. "Kalau nanti saya dan Ibu Mega bertemu dengan Pak Anas, Pak Ical, atau siapa pun, saya setuju," ujarnya.
Baca Juga:
Apakah itu sinyalemen sudah ada kesepahaman PDIP dengan Partai Demokrat dan Partai Golkar untuk membangun format koalisi baru" "Amanat kongres sudah jelas. Kami tidak akan masuk ke pemerintahan. Tapi, bagaimana membangun bangsa ini ke depan bersama-sama, ya ayo," jawab Puan."Kata Pak Ketua Umum MPR (Taufik Kiemas, Red), kalau mau berkoalisi, jangan koalisi basa-basi. Tapi, bagaimana kolisi untuk bangsa dan negara ke depan," sambungnya.
Saat ditanya kabar yang berkembang bahwa PDIP tengah menyiapkan skenario alternatif untuk merekomendasikan profesional, Puan membantah. "Kami nggak menyiapkan hal itu," katanya. Puan menegaskan, PDIP tidak akan mencampuri reshuffle yang menjadi urusan prerogatif presiden.
Namun, Puan tetap mendorong Presiden SBY secepatnya memberikan kepastian mengenai ada atau tidaknya reshuffle. "Kalau memang harus ada reshuffle, ya mangga (silakan, Red) secepatnya sehingga menteri-menteri yang sekarang pun tidak akan terombang-ambing mengambil kebijakan," kata Puan.
JAKARTA - Kubu PDIP tidak khawatir pertemuan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum dengan Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie akan memunculkan
BERITA TERKAIT
- Pertebal Dukungan ke Luluk-Lukman, Sukarelawan Cantiq Surabaya Gelar Konvoi
- Survei Publicsensum: Elektabilitas Isran-Hadi Makin Moncer di Pilkada Kaltim
- Kampanye Akbar Robinsar-Fajar, Puluhan Ribu Massa Berkumpul di Lapangan Bukit Cilegon Asri
- Puluhan Sukarelawan Pramono-Rano Deklarasi Dukung Ridwan Kamil-Suswono di Kampanye Akbar
- Pramono Dinilai Sengaja Tak Umbar Dukungan PDIP di Alat Peraga Demi Raup Massa Anies
- Anies Dukung Pramono – Rano Karno, Brando Susanto: Jakarta Jadi Contoh Demokrasi yang Sejuk