Puasa dan Kesadaran Atas Pluralitas
Senin, 08 Agustus 2011 – 04:04 WIB
DALAM beberapa hari belakangan ini, berbagai bentuk ritual keagamaan kian meriah mewarnai berbagai aktifitas kaum Muslim di seluruh penjuru dunia. Hal itu merupakan wujud ekspresi kaum Muslim dalam menyemarakkan bulan suci Ramadan. Sulit dipungkiri selama ini kita cenderung memahami ibadah puasa sebatas ritual simbolik. Pada ayat itu disebutkan bahwa puasa diwajibkan atas kamu sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu (kama kutiba ’alalladzina min qablikum). Hal ini menandakan bahwa selain berisi tentang hukum wajib puasa Ramadhan, ayat itu juga hendak mengingatkan kita kaum Muslim bahwa kewajiban menjalankan ibadah puasa memiliki keterikatan sejarah dengan umat-umat terdahulu.
Karena itu, kita kaum Muslim perlu melakukan refleksi dan introspeksi mendalam di bulan Ramadan kali ini. Melalui refleksi dan introspeksi itu diharapkan akan lahir sebuah kesadaran korektif, kolektif, dan langkah implementasi konkret. Refleksi dan introspeksi tersebut dapat dimulai dengan merajut kembali nilai-nilai universalitas yang terkandung di balik ibadah puasa Ramadhan.
Baca Juga:
Sesungguhnya nilai-nilai universalitas ibadah puasa merupakan hasil interpretasi kontekstual atas teks kitab suci Alquran mengenai kewajiban menjalankan ibadah puasa. Kewajiban menjalankan ibadah puasa merujuk pada dalil naqli Surah Al-Baqarah ayat 183. Melalui surah itu Allah SWT berfirman, "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertaqwa" (QS 2: 183)
Baca Juga: