Puasa dan Pembangunan Karakter Bangsa
Jumat, 26 Agustus 2011 – 00:26 WIB
Kemampuan untuk mengendalikan hawa nafsu merupakan modal besar dalam kehidupan. Pengendalian diri ibarat rem kehidupan, kemampuan untuk menahan diri dari arus deras keinginan duniawi yang berpotensi menjerumuskan kita ke dalam jurang kehancuran. Kemampuan mengendalikan hawa nafsu akan melahirkan manusia-manusia berkarakter unggul.
Baca Juga:
Sejarah membuktikan bahwa kehancuran sebuah bangsa seringkali ditandai oleh keruntuhan karakter dan mentalitas masyarakat bangsa tersebut. Karena itu, bangsa dengan karakter kuat hanya akan terwujud jika individu-individu di dalam bangsa itu adalah manusia berakhlak, berwatak, dan berperilaku baik.
Dalam konteks itu, ibadah puasa merupakan pendidikan karakter bagi kita sebagai sebuah bangsa. Ibadah puasa Ramadhan akan mengembalikan manusia kepada fitrah, seperti manusia baru lahir. Manusia yang cenderung berpihak kepada kebenaran dan memiliki rasa kemanusiaan tinggi serta budi pekerti.
Bagi Indonesia yang mayoritas dihuni kaum Muslim, ibadah puasa Ramadan harus dimaknai sebagai laboratorium pembentukan karakter bangsa yang ditandai sikap dan perilaku yang berlandaskan pada konstitusi dan aturan yang telah menjadi kesepakatan kolektif. Dan hal tersebut merupakan bagian dari implementasi ketakwaan kita kepada Allah. Yaitu ketaatan pada Allah tercermin pada ketaatan kepada Rasulullah dan pemimpin (ulil amri) yang berpijak pada ajaran Allah.