Publikasikan Penyiksaan CIA, AS Siaga
Amankan Kantor Perwakilan dan Pangkalan di Seluruh Dunia
jpnn.com - WASHINGTON - Amerika Serikat (AS) siaga. Selasa pagi waktu setempat (9/12), Komite Intelijen Senat mengumumkan hasil investigasi terhadap Badan Pusat Intelijen (CIA) terkait dengan teknik interogasi pasca serangan 11 September 2001 alias 9/11. Laporan paling dinanti publik internasional itu bakal memantik beragam reaksi.
Tidak hanya meningkatkan pengamanan di dalam negeri, pemerintahan Presiden Barack Obama juga melipatgandakan penjagaan di seluruh kedutaan besar AS dan pangkalan militernya di seantero jagat. Sejak sepekan terakhir, Washington mengantisipasi melonjaknya level ancaman keamanan terkait dengan publikasi laporan setebal 480 halaman tersebut.
"Banyak indikasi bahwa publikasi laporan ini akan meningkatkan risiko keamanan di seluruh fasilitas dan warga AS yang tersebar di seluruh penjuru dunia," kata Josh Earnest, salah seorang Jubir Gedung Putih, pada Senin waktu setempat (8/12). Untuk meminimalkan dampak pengumuman tersebut, AS menyiagakan seluruh petugas keamanan di dalam dan luar negeri.
Kolonel Steve Warren, Jubir Pentagon yang juga petinggi angkatan darat (AD), menyatakan, publikasi laporan tersebut berpotensi memicu kerusuhan di beberapa wilayah. Sebab, inti laporan itu berkaitan erat dengan perilaku menyimpang CIA terhadap para tersangka teror.
"Militer sudah menginstruksikan seluruh personel untuk waspada. Keamanan masyarakat menjadi prioritas," paparnya.
Pada era mantan Presiden George W. Bush, pemerintah memberikan wewenang terhadap CIA untuk menahan dan menginterogasi tersangka teror. Sayangnya, lembaga tersebut melakukan banyak penyimpangan. Perlakuan CIA terhadap para tersangka teror, terutama anggota kelompok militan Al Qaeda, tidak sesuai dengan instruksi Pentagon.
Ketika itu, CIA menggunakan berbagai teknik interogasi yang kontroversial. Di antaranya, waterboarding dan sleep deprivation. Lewat teknik waterboarding, seorang tahanan akan merasakan sensasi tenggelam saat diinterogasi. Biasanya, sebuah kain diletakkan di wajah seorang tahanan dan petugas menyiramkan air ke kain tersebut. Tahanan bakal susah bernapas seperti sedang tenggelam.
Sementara itu, teknik sleep deprivation adalah metode interogasi dengan cara membuat tahanan depresi. Selama beberapa hari sebelum interogasi dilakukan, petugas akan melarang tahanan tidur. Lantas, saat si tahanan diizinkan tidur, petugas bakal langsung membangunkannya dengan paksaan. Dalam kondisi setengah sadar itulah, interogasi berlangsung.
WASHINGTON - Amerika Serikat (AS) siaga. Selasa pagi waktu setempat (9/12), Komite Intelijen Senat mengumumkan hasil investigasi terhadap Badan Pusat
- Ukraina & Suriah Perkuat Hubungan Diplomasi Kemanusiaan di Tengah Invasi Rusia
- Gencatan Senjata Tak Berpengaruh, Tentara Israel Tetap Lakukan Pelanggaran di Lebanon
- Arab Saudi Janjikan Pelayanan Kelas Dunia untuk Jemaah Haji & Umrah
- Korsel Diguncang Skandal Politik, Korut Pamer Rudal Hipersonik
- Jerman dan Amerika Diguncang Aksi Teror, Prancis Panik
- Iran Izinkan Anak 14 Tahun Jalani Operasi Plastik demi Kecantikan