Puing-puing Kilang Pangkalan Brandan dan Pengorbanan Prajurit Genie Pioner

Oleh: Dipl.-Oek. Engelina Pattiasina

Puing-puing Kilang Pangkalan Brandan dan Pengorbanan Prajurit Genie Pioner
Dipl.-Oek. Engelina Pattiasina. Foto: dok. pribadi for JPNN.com

Pengorbanan Darah dan Air Mata Prajurit Genie Pioner

Setelah pergantian nama perusahaan ini, Ibnu Sutoqo mengangkat staf untuk membantu operasional Permina, yakni Mayor Harijono, Mayor Geudong dan Kapten Affan, tetapi tidak ada yang berlatar belakang perminyakan, termasuk Ibnu Sutowo yang merupakan dokter di perusahaan minyak di Palembang.

Dengan berbagai persoalan lapangan dan kerusakan parah kilang minyak menyebabkan kilang minyak tidak bisa beroperasi.

Namun, situasi yang rumit itu berubah seiring dengan penugasan Komandan Genie Pioner Sumatera Selatan, Mayor JM Pattiasina ke Pangkalan Brandan.

Pattiasina sudah berkenalan dengan Ibnu Sutowo di Palembang. Sebab, sebelum masa perjuangan kemerdekaan, Ibnu Sutowo merupakan dokter di perusahaan minyak, sedangkan JM Pattiasina merupakan teknisi kilang minyak di Palembang.

Pattiasina ketika melihat kondisi Pangkalan Brandan ternyata sangat tidak kondusif dan ada beragam gangguan untuk mengelola tambang minyak peninggalan Belanda ini. Karena keamanan yang tidak baik, Pattiasina melaporkan kondisi ini dan mendapat arahan dari pimpinan militer di Jakarta, agar membawa satu batalion ke Pangkalan Brandan.

Pattiasina ke Palembang dan kembali ke Pangkalan Brandan dengan membawa Detasemen X Batalion 34/Bukit pada tahun 1957. Pattiasina merupakan Komandan Detasemen ini yang menguasai wilayah strategis untuk mengelola minyak. Detasemen ini beranggotakan personil Genie Pioner Sumatera Selatan dengan berbagai kemampuan teknik, tetapi juga handal sebagai tentara.

Pasukan Genie rata-rata merupakan bekas Laskar Minyak Sumatera Selatan pada masa perjuangan yang berada di bawah Komando Letkol Pattiasina. Pada tahun 1949, selepas gerilya, pangkat Letkol diturunkan menjadi Mayor.

Tugas memimpin batalion ke Pangkalan Brandan, bukan perkara mudah, karena harus memastikan logistik untuk pasukan. Dengan bekal yang terbatas, tidak ada jalan lain kecuali, menjalankan tugas dalam situasi serba darurat. Berbagai kesulitan itu bisa teratasi karena pergaulan Pattiasina dengan berbagai kalangan yang rela membantu upaya Pattiasina.

Engelina Pattiasina mengulas sejarah Pertamina, berawal dari Kilang Pangkalan Brandan. Silakan disimak.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News