Pulang Kampung
Oleh Dahlan Iskan
”Guru kami tua-tua semua,” ujar Pak KS. ”Fasilitas di sekolah kami juga sangat minim,” tambahnya.
Sudah lama Pak KS minta apa yang seharusnya ada. Tapi tidak pernah diberi. Alasannya: muridnya hanya sedikit.
Intinya: sejak sekolah tidak boleh memungut walimurid apa pun terjadilah itu.
Tapi….
Sebenarnya ada penyebab lain: ada madrasah ibtidaiyah baru di desa kami. Yang full day school. Yang enam hari seminggu. Yang gurunya muda-muda. Yang mutunya lebih unggul. Plus pendidikan agama.
Pendirinya adalah anak muda: Tjipto. Dulu saya minder bergaul dengannya. Ia anak orang terkaya di desa kami. Yang belakangan paling rajin ke masjid.
Bahkan menyekolahkan anaknya itu ke Pondok Modern Gontor, Ponorogo. Kami semua kaget.
Kami yang miskin itu, yang dulunya hanya bangga karena lebih rajin ke masjid, kian minder dengan keluarga pak Hardjo itu.