Pulang Sekolah Berenang, Kadang Air Tiba-tiba Coklat, Pertanda...

Pulang Sekolah Berenang, Kadang Air Tiba-tiba Coklat, Pertanda...
Para siswa MTsn Barus, Tapteng, menyeberangi sungai. Foto: New Tapanuli/Metro Siantar/JPG

Namun, kalau berangkat, mereka harus naik rakit. Sebab, waktunya lebih cepat walau kadang sepatu tetap basah. Sementara kalau menyeberang dengan berenang, pakaian mereka akan basah dan akan sangat mengganggu mengikuti UN. Jadi, menyeberang dengan berenang hanya jika pulang sekolah.

Dia mengaku, saat menyeberang dengan rakit, mereka terkadang was-was karena sewaktu-waktu Sungai Aek Sirahar bisa saja meluap jika hujan di hulu sungai. “Kadang ada ketakutan kalau warna sungai mendadak berubah coklat. Itu tanda air semakin meluap,” ujarnya.

Sementara, pengelola rakit Mulki Tanjung (41) mengatakan, ia bersama warga terpaksa membuat rakit untuk menyeberangkan warga dua desa ini.

Ia mengatakan, rakit dibuat dengan gotong royong dibantu pemerintah desa. Selanjutnya, warga yang mengoperasikan rakitnya. “Penyeberangan gratis, khususnya untuk anak yang berangkat dan pulang sekolah,” tuturnya. 

Dikatakan, penyeberangan akan berhenti ketika Sungai Aek Sirahar meluap karena bila arus deras, itu sangat beresiko. Rakit akan hanyut dan terbalik.

Dia menambahkan, rakit yang terbuat dari bambu ini dapat mengangkut 10 orang sekali menyeberang. 

Chaniago (54), warga Desa Kampung Mudik mengatakan, rakit ini sangat membantu penyeberangan bagi ratusan pelajar yang akan berangkat menuju sekolah dari daerah itu.

“Kalau tidak ada rakit ini, kasihan para pelajar itu menyeberang sungai dengan berenang. Bahkan kadang ada yang terbawa arus. Apalagi saat ini kondisi aliran Sungai Aek Sirahar tidak menentu,” ujarnya.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News