Pulang Tengok Ternak dan Ladang

Status Berbahaya, Tetap Tinggalkan Pengungsian

Pulang Tengok Ternak dan Ladang
Minim Prasarana di Tempat Pengungsian - Kondisi tempat pengunsian Gunung Merapi di desa Glagah Hardjo Kecamatan cangkringan. Dengan menampung 1500 jiwa hanya disediakan 10 WC darurat. Foto: Boy Slamet/Jawa Pos
Pada malam Merapi meletus, sejak pukul 19.00 pengungsi terus berdatangan ke Kecamatan Selo. Hingga pukul 24.00 jumlahnya mencapai 1.635 jiwa. Mereka berasal dari KRB III, yakni Desa Klakah dan Jrakah.

Selain di Selo, warga yang mengungsi juga di Desa Sangup dan Jemowo, Kecamatan Musuk, mencapai 300 jiwa.  Kades Jrakah Tumar mengatakan, warga sudah pulang ke rumah pukul 08.00. "Warga kembali ke rumah dan beraktivitas seperti biasa," katanya.

Secara terpisah, Kades Tlogolele Budi Harsono mengatakan, warganya yang sempat mengungsi di tempat pengungsian semetara (TPS) di Desa Tlogolele juga sudah kembali ke rumah. Namun, mereka sudah diwanti-wanti agar siap siaga bila sewaktu-waktu dievakuasi. "Warga mengurangi aktivitas di ladang," terangnya.

Sementara itu, barak pengungsian didirikan tim siaga Merapi Selasa malam. Sedikitnya enam tenda didirikan di lapangan Samiran. Lantaran ditinggal pengungsi, barak tersebut dimanfaatkan tim siaga Merapi untu beristirahat. (un/jpnn/c2/iro)


BOYOLALI - Sedikitnya 1.635 jiwa di kawasan rawan bencana (KRB) III diungsikan ke Desa Samiran, Kecamatan Selo, pada malam letusan Merapi. Semalam


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News