Pulangkan Kami dari Iraq
Kamis, 06 November 2008 – 10:17 WIB
George W. Bush di masa pertama kekuasaannya pada 2003 mengirim ribuan pasukan AS ke medan laga Negeri Aladin. Dengan dalih mencari senjata pemusnah masal, mereka mengobrak-abrik Iraq. Mereka juga menggulingkan Saddam Hussein yang dinilai otoriter. Lalu, dengan kepahlawanannya, Amerika ''membantu'' menata demokrasi di negara tersebut. Kebijakan yang oleh Bush disebut pre-emptive strike, satu-satunya cara menyelamatkan rakyat AS dari ''keberingasan" Saddam, sempat meluluhkan hati warga AS saat itu.
Namun, setelah lima tahun berselang, kebijakan tersebut tidak lagi populis. Barack Obama, senator asal Illinois, alumnus mahasiswa hukum di Harvard University sekaligus aktivis HAM maju sebagai kandidat presiden dari Partai Demokrat. Dia membawa harapan baru dengan menyuarakan kepentingan sebagian rakyat, menentang kebijakan perang Iraq, dan memberikan asa perdamaian kepada seluruh dunia.
Bukan hanya warga Iraq yang ingin militer AS tak lagi ikut campur urusan negaranya. Afghanistan juga berharap senada. Presiden Hamid Karzai meminta presiden AS terpilih, Barack Obama, segera menghentikan perang yang dilabeli melawan terorisme di Afghanistan. Serangan-serangan udara Amerika memburu milisi Taliban terutama di wilayah perbatasan sering salah alamat. Warga sipil turut menjadi korban.(Reuters/AFP/ape/ami)
BAGHDAD - Euforia genderang kemenangan Barack Obama sebagai pemegang tiket ke Gedung Putih bertabuh bertalu-talu hingga ke barak militer AS di Iraq.
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
BERITA TERKAIT
- Ukraina & Suriah Perkuat Hubungan Diplomasi Kemanusiaan di Tengah Invasi Rusia
- Gencatan Senjata Tak Berpengaruh, Tentara Israel Tetap Lakukan Pelanggaran di Lebanon
- Arab Saudi Janjikan Pelayanan Kelas Dunia untuk Jemaah Haji & Umrah
- Korsel Diguncang Skandal Politik, Korut Pamer Rudal Hipersonik
- Jerman dan Amerika Diguncang Aksi Teror, Prancis Panik
- Iran Izinkan Anak 14 Tahun Jalani Operasi Plastik demi Kecantikan