Pulau Bawean, Ada Jeritan Istri Ditinggal Suami Merantau
Biasanya, masyarakat setempat menggelar kesenian Dhungkah saat menjelang pesta pernikahan, dengan memainkannya selama 7 hari berturut turut.
Di samping itu, musi Dhungkah juga dimainkan saat menyambut tamu kehormatan yang berkunjung ke Bawean.
Untuk melestarikannya, seringkali diadakan lomba musik Dhungkah dalam rangka memperingati hari besar Islam ataupun memperingati HUT RI.
Muhammad Yamin, mengatakan Yang paling dikagumi dari musik dhungka adalah kekompakan para penabuhnya. Mereka semuanya adalah ibu-ibu rumah tangga.
“Disamping harus kompak, juga menabuhnya dilakukan dengan keras hingga bunyinya bisa terdengar hingga radius 1 kilometer meski tanpa alat pengeras suara,” katanya.
Disamping irama suara lesung, keindahan musik Dhungka akan terdengar lebih syahdu saat berpadu dengan lantunan shalawat Nabi dan pantun bahasa Bawean.
Menurutnya, biasanya pantun berisi pesan moral dan kritikan sosial termasuk menceritakan keluh kesah seorang istri yang ditinggal suami bekerja diluar negeri.
Daerah lain menyebutnya dengan musik Lesung, masyarakat Bawean menyebutnya dengan musik Dhungka. Di Bawean, musik Dhungkah masih lestari.
- Alfian Risfil Auton Asal Bawean Sabet Penghargaan Bergengsi di MH Thamrin Award 2024
- TNI AL Mengevakuasi Ratusan Penumpang Terdampak Cuaca Ekstrem di Pulau Bawean
- Tomas & Pengasuh Pesantren se-Pulau Bawean Deklarasikan Gus Muhaimin Presiden 2024
- Gus Jazil Dorong Kades Kembangkan Potensi Alam di Pulau Bawean
- Gus Jazil: Semua Pihak Harus Berperan Menguatkan Pesisir dan Pulau Kecil
- Pandemi Corona, Kapal Asing Masih Bisa Masuk ke Indonesia