Puluhan Pasangan Australia Terlantar di Nepal, Tunggu Izin Bawa Pulang Bayi dari Ibu Pengganti

"Ada banyak pasangan disana yang, mungkin belum mengambil jasa ibu pengganti, tapi mereka menyimpan sel telur atau embrio beku mereka di klinik-klinik di Nepal," katanya
"Jadi ini merupakan masalah bagi kami dan tidak hanya persoalan membawa pulang bayi mereka yang sudah dilahirkan pulang ke Australia dan hanya tinggal menunggu kepastian hukum saja, tapi juga ada pasangan yang memiliki embrio, embrio beku dan berharap suatu saat bisa mengggunakannya pada ibu pengganti di salah satu negara tersebut,"
Sam Everingham merupakan ayah dari dua anak yang lahir lewat jasa ibu pengganti, dan kini menjadi Direktur dari organisasi Families Through Surrogacy, organisasi yang menyediakan jasa konsultasi dan dukungan bagi orang tua Australia di Nepal.
"Ini memang masalah yang sulit, maksud saya semua pasangan ini sangat stres karena mereka berada di negara asing dengan bayi yang baru lahir dan mereka ternyata mereka harus berada disana lebih lama dari yang mereka perkirakan," kata Everingham.
"Sering kali mereka harus cuti kerja selama beberapa pekan lagi dari jadwal yang mereka rencanakan," katanya.
Everingham mengatakan tidak pasti kapan keluarga-keluarga ini dapat membawa bayi mereka pulang ke Australia.
Meningkatnya jumlah pasangan Australia yang terlantar di Nepal karena masalah ini menambah panjang daftar pasangan Australia yang terperosok dalam kendala birokrasi sebagai akibat dari keputusan India untuk melarang pengaturan layanan ibu pengganti komersial."Sepertinya saat ini ada sekitar 22 pasangan yang terjebak dalam kondisi yang sama di India," kata Reith. Beberapa klinik surrogacy komersial sekarang diyakini mendirikan kembali operasi mereka di Kamboja, salah satu yurisdiksi yang tidak memiliki aturan mengenai praktek pengaturan layanan ibu pengganti. Departemen Luar Negeri dan Perdagangan Australia (DFAT) mengatakan pihaknya tidak bersedia mengomentari kasus individu karena alasan privasi, tapi dalam pernyataannya disebutkan DFAT mengetahui dengan sejumlah kasus yang melibatkan warga Australia di Nepal dengan anak-anak yang sudah dilahirkan melalui jasa pengaturan ibu pengganti. "Pemerintah Australian telah dan akan terus berupaya mengirim perwakilan ke Pemerintah Nepal untuk mengatasi masalah dari pasangan Australia yang sudah memiliki anak yang sudah dilahirkan di Nepal, dan mereka yang kini masih dalam kandungan," tulis pernyataan itu. "Kita semua menginginkan solusi yang manusiawi dan mempertimbangkan kepentingan terbaik bagi anak-anak, ibu yang melahirkan dan keluarga mereka,"
DFAT telah menyarankan warga Australia untuk tidak melakukan jasa layanan ibu pengganti di Nepal sejak Februari tahun lalu dan status pengaturan layanan ibu pengganti komersial yang dilakukan sebelum terbitnya keputusan dari Mahkamah Agung Nepal tidak akan jelas hasilnya.
Puluhan orang tua Australia menuding Pemerintah Nepal telah menyandera bayi mereka, menyusul keputusan pengadilan setempat yang turut melarang layanan
- Paus Fransiskus, Pemimpin Gereja Katolik yang Reformis, Meninggal Dunia pada Usia 88 tahun
- Dunia Hari Ini: PM Australia Sebut Rencana Militer Rusia di Indonesia sebagai 'Propaganda'
- Sulitnya Beli Rumah Bagi Anak Muda Jadi Salah Satu Topik di Pemilu Australia
- Rusia Menanggapi Klaim Upayanya Mengakses Pangkalan Militer di Indonesia
- Dunia Hari Ini: Siap Hadapi Perang, Warga Eropa Diminta Sisihkan Bekal untuk 72 Jam
- Rusia Mengincar Pangkalan Udara di Indonesia, Begini Reaksi Australia