Punya Efek Merusak, Akademisi UIN: Harus Ada Regulasi Pengaturan Medsos
Sebelum menerima informasi harus dicurigai dahulu, jangan diterima mentah-mentah.
Setelah dicari tahu kebenarannya, baru bisa menyebarkannya kepada orang lain.
Tidak hanya berpikir kritis, lanjut Rizki, penerapan pola pikir saring sebelum sharing juga harus dilakukan untuk mencegah terjadinya hoaks yang dapat merugikan orang-orang terdekat.
“Dalam bermedia sosial, harus selalu pegang teguh prinsip saring sebelum sharing. Entah itu ketika menyebar informasi di grup WhatsApp, kita harus saring dahulu. Jangan langsung menyebarkan berita yang bahkan kita enggak tau faktanya bagaimana,” tutur Rizki.
Pada kesempatan sama, dosen UIN Antasari Banjarmasin dan anggota ARTIKA RTIK, Muhammad Ridha mengingatkan untuk generasi muda harus lebih berhati-hati dalam menggunakan media sosial.
Sebab, semua informasi di dunia digital bisa didapatkan dengan mudah dan berpotensi memengaruhi karakter yang terbentuk di kemudian hari.
“Medsos ini kan punya dua potensi, bisa merusak dan memperbaiki. Perlu tanggung jawab pertama untuk memperbaiki karakter generasi muda saat ini, dengan memperbanyak konten-konten positif yang bermanfaat bagi mereka semua,” jelas Ridha.
Dia menambahkan dalam menindaklanjuti dampak negatif tersebut, diperlukan adanya regulasi yang mengatur penggunaan gawai atau media sosial agar dapat meningkatkan minat dan kualitas pembelajaran bagi generasi muda.
Punya efek merusak, akademisi UIN mendesak harus ada regulasi pengaturan medsos dan gawai
- Wondr by BNI Bidik Generasi Muda, DPK BNI Diprediksi Tembus Lebih dari Rp900 Triliun
- Kirim Banyak Foto dan Video di WhatsApp Jadi Lebih Praktis
- WhatsApp Merilis Fitur Draf Pesan, Sudah Tersedia di Indonesia
- Program Digital Access Inggris Menjembatani Kesenjangan di Indonesia Timur
- Dukung Indonesia Fintech Summit 2024, Perusahaan Digital Rasakan Literasi Masyarakat Makin Tinggi
- WhatsApp Memperkenalkan Perombakan Fitur Mute Untuk Group Chat