Punya Museum Batik Terlengkap di Eropa
Rabu, 27 Februari 2013 – 08:08 WIB
"Annegret sangat pintar dalam memahami segala jenis pattern batik. Saya belajar banyak dari dia," ungkapnya.
Kisah pertemuan Smend dengan batik bisa dibilang cukup unik. Suami Karin Smend itu mengisahkan, pada 1962, dirinya menempuh studi filsafat dan teologi serta bahasa Yunani dan Ibrani di Gottingen University. Namun, 3,5 tahun kemudian, dia keluar dan berganti jurusan. Dia belajar ekonomi di Mannheim University pada 1965 sampai 1969.
"Saya akhirnya memutuskan untuk tidak jadi pendeta karena saya ingin berkeliling dunia," kata pria sepuh yang pernah bekerja di IBM itu.
Setelah lulus, Smend ternyata sulit menemukan pekerjaan yang cocok. Dia merasa tidak sukses. Karena itu, pada 1972, dirinya membuat keputusan yang cukup ekstrem. Dia berniat meninggalkan kampung halamannya di Koln untuk pindah ke Australia. Bersama kekasihnya saat itu, Paula, Smend memutuskan untuk menyetir mobil dari Koln menuju Australia.
RUDOLF G. Smend termasuk salah seorang di antara segelintir warga Jerman yang cinta berat pada batik Indonesia. Saking cintanya, dia sampai membuat
BERITA TERKAIT
- Rumah Musik Harry Roesli, Tempat Berkesenian Penuh Kenangan yang Akan Berpindah Tangan
- Batik Rifaiyah Batang, Karya Seni Luhur yang Kini Terancam Punah
- 28 November, Masyarakat Timor Leste Rayakan Kemerdekaan dari Penjajahan Portugis
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara