Punya Tujuh Turunan, Saksi Mata Letusan Krakatau 1883

Punya Tujuh Turunan, Saksi Mata Letusan Krakatau 1883
Punya Tujuh Turunan, Saksi Mata Letusan Krakatau 1883
Karena itu, tidak heran lima anak dan beberapa cucu Maemunah meninggal terlebih dahulu. Saat ini hanya lima putra Maemunah yang masih hidup. Yakni; Saripin, anak kelima; Agus, anak keenam; Darwati, anak ketujuh; Samarudin, anak kesembilan; dan Sanawati, anak kesepuluh.

Dari putra pertamanya, Sarman, yang meninggal pada 1984 di usia 85 tahun, Maemunah kini telah memiliki generasi ketujuh. "Kalau ditotal, semua anak dan cucunya mungkin lebih dari 250 orang," lanjut Enung.

Apa yang membuat Maemunah bisa hidup begitu lama? Kuncinya ada pada pola hidup. Semasa hidup Maemunah selalu mengonsumsi makanan yang direbus atau dibakar. Kalaupun makan makanan yang digoreng, dia membuat minyaknya sendiri dari kelapa. Itu pun jarang.

Semua makanannya selalu sehat. Makanan-makanan itu berasal dari kebun atau hutan di sekitar lingkungannya. Meskipun, sebenarnya kondisi tersebut terjadi gara-gara kemiskinan yang dialami Maemunah sejak kecil akibat kolonialisme Belanda.

PERNAH membayangkan ada manusia berumur 145 tahun? Rasanya mustahil. Namun, tidak bagi anak-cucu Nenek Maemunah, warga Cimanuk, Pandeglang, Banten.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News