Punya Tujuh Turunan, Saksi Mata Letusan Krakatau 1883
Senin, 13 Mei 2013 – 08:30 WIB

Punya Tujuh Turunan, Saksi Mata Letusan Krakatau 1883
Aktivitas Maemunah setiap hari diawali bangun sekitar pukul 03.30 untuk salat malam. Dia tidak tidur hingga menjelang subuh. Seusai salat Subuh, dia pergi ke sungai untuk mandi dan mencuci sebelum ada kamar mandi di kediamannya. Siang dia merawat kebunnya, lalu bersantai di dalam rumah atau beranda.
Maemunah juga tidur lebih awal. Dia biasa tidur selepas isya. Alhasil, kondisi fisik dan mentalnya selalu terkontrol. Dalam hal spiritual, Maemunah termasuk orang yang rajin berzikir dan berdoa. Setiap kali hendak melangkahkan kaki ke luar rumah, dia selalu membaca syahadat dan berdoa.
Setiap kali cucu-cucunya berkumpul, dia selalu mendoakan mereka. Satu doa yang sering dipinta Maemunah kepada Tuhan adalah usia yang panjang agar bisa menyaksikan cucu-cucunya menikah dan berbahagia.
Tidak banyak firasat menjelang meninggalnya Maemunah. Hanya, satu bulan sebelum meninggal dia lebih sering berdiam diri di rumah. "Nenek bilang suami dan orang tuanya datang menjemput. Itu saja yang dikatakan berulang-ulang," kenang Enung.
PERNAH membayangkan ada manusia berumur 145 tahun? Rasanya mustahil. Namun, tidak bagi anak-cucu Nenek Maemunah, warga Cimanuk, Pandeglang, Banten.
BERITA TERKAIT
- Semana Santa: Syahdu dan Sakral Prosesi Laut Menghantar Tuan Meninu
- Inilah Rangkaian Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Semarak Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Sang Puspa Dunia Hiburan, Diusir saat Demam Malaria, Senantiasa Dekat Penguasa Istana
- Musala Al-Kautsar di Tepi Musi, Destinasi Wisata Religi Warisan Keturunan Wali
- Saat Hati Bhayangkara Sentuh Kalbu Yatim Piatu di Indragiri Hulu