Purwacaraka Kesulitan Seleksi 304 Lagu Anak

Purwacaraka Kesulitan Seleksi 304 Lagu Anak
Purwacaraka. Getty Images

jpnn.com - KEPRIHATINAN akan minimnya lagu anak-anak membuat sejumlah musisi dan pemerhati musik anak seperti Purwacaraka, Dina Mariana, dan Tika Wibisono terlibat dalam Lomba Cipta dan Festival Lagu Anak 2013 yang digagas Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf). bertajuk Irama Hatiku dan Irama Negeriku. Mereka terlibat sebagai dewan juri untuk memilih 304 judul lagu anak-anak.

”Tahun ini cukup besar, ada sekitar 304 lagu yang masuk,” ujar Purwacaraka di Park Hotel, Jakarta Timur,  Rabu (13/11).

Musisi sekaligus penata musik yang merupakan kakak kandung penyanyi Tri Utami itu mengaku tidak menyangka antusiasme masyarakat mengikuti Lomba Cipta dan Festival Lagu Anak 2013 cukup besar. Bukan hanya musisi dan pencipta lagu senior, ada beberapa judul lagu yang diciptakan anak-anak. Hanya saja, kategori yang dimasukkan dalam perlombaan tersebut, pastinya berbeda.

Dalam festival ini dirinya berusaha mencari formula baru dimana musik anak-anak bisa berjaya kembali seperti saat penyanyi Sherina, Tina Toon, Joshua dan Tasya menyanyikan lagunya. ”Kita mencoba mencari hal-hal yang bisa membuat anak-anak  tertarik dengan melodi-melodi yang segar. Memilih 304 lagu itu, sebuah hal yang tidak mudah,” katanya.

Dengan adanya festival tersebut, dirinya meyakini kesempatan untuk menjadikan musik anak berjaya kembali terbuka lebar. Selama ini, kesempatan tersebut belum ada. ”Saya itu memiliki murid ribuan yang jago bermusik dan pandai menyanyi. Tetapi apakah mereka bisa diterima, itu kan tergantung pasar dan formulanya seperti apa lagu itu bisa diterima masyarakat. Nah, lewat festival ini kami mencoba membuat formula baru,” tutur pria kelahiran Boegrad, Yugoslavia, 31 Maret 1960 itu.

Keprihatinan Purwacaraka dalam melihat pertumbuhan musik anak-anak memang sangat besar. Sebab, sejumlah anak-anak sudah terbiasa membawakan lagu dewasa. Bahkan di ajang kompetisi yang digelar oleh sejumlah televisi, anak-anak pun dibiasakan diri berduet dengan penyanyi dewasa. Padahal, lagu tersebut bukan untuk di konsumsi mereka.

”Dan uniknya, saat melakukan tesis ke beberapa sekolah, banyak siswa yang memang diajarkan menyanyi, tetapi ketika saya memainkan nada lagu yang dinyanyikan penyanyi dewasa, mereka langsung tahu. Nah, siapa yang harus disalahkan,” ucapnya.

Berdasarkan permasalahan tersebut, Purwacarakan bersama sejumlah pemerhati anak-anak pun berusaha terus menyikapi kondisi ini dengan suatu kegiatan yang mampu menjadi katalisator perkembangan industri musik di Indonesia. ”Lomba cipta ini dapat diikuti oleh anak, remaja, maupun dewasa.  Keterlibatan anak maupun orang yang lebih dewasa dalam proses penciptaan musik memiliki nilai tambah sendiri,” terangnya.

KEPRIHATINAN akan minimnya lagu anak-anak membuat sejumlah musisi dan pemerhati musik anak seperti Purwacaraka, Dina Mariana, dan Tika Wibisono terlibat

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News