Purwo Ardoko, Alumnus ITS, Arsitek Penjara Modern di Indonesia

Nginap di Lapas Cipinang, Masuk Geng Surabaya

Purwo Ardoko, Alumnus ITS, Arsitek Penjara Modern di Indonesia
RANCANG PENJARA- Purwo Ardoko, insinyur yang menjadi arsitek penjara modern, menunjukkan site plan Rutan Cipinang di Jakarta, Jumat (29/4). Foto: Naufal Widi A.R/ Jawa Pos
Dia sempat kesulitan mendapatkan buku-buku arsitek tentang penjara. Satu buku yang didapatnya dinilai tidak lagi sesuai karena terbitan tahun 70-an. Akhirnya, dia mendapatkan buku Building Type Basics for Justice Facilities itu di Singapura. "Lalu, saya susun plan untuk di Indonesia," katanya. Prinsipnya, biaya murah, pemeliharaan dan pengoperasian mudah. "Sifatnya low teknologi," imbuhnya.

Yang pertama digarap adalah Lapas Narkotika Cipinang. Pembangunannya memakan waktu 2,5 tahun dan peresmiannya dilakukan pada 2003 oleh Megawati, presiden saat itu.

Perencanaan penjara tersebut, papar Purwo, mengacu pada Standard Minimum Rules for the Treatment of Prisoners yang sudah menjadi bagian dari resolusi PBB tahun 1977. Beberapa hal yang diakomodasi dalam perencanaan itu adalah ukuran ruang, cahaya, dan sanitasi.

Purwo mencontohkan ketentuan minimal 5,4 meter persegi perorang sebagai ruang gerak. Mulai tidur, bangun, dan beraktivtas. "Ruang gerak ini memang terbatas. Sebab, sebagai tahanan, ada sebagian haknya yang dirampas. Misalnya, bertemu keluarga yang tidak dilakukan di situ," katanya.

SALAH satu orang penting dalam pembangunan Rutan Khusus Tipikor di Cipinang, Jakarta, yang diresmikan Selasa lalu (27/4) adalah Purwo Ardoko. Dialah

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News