Purwo Ardoko, Alumnus ITS, Arsitek Penjara Modern di Indonesia
Nginap di Lapas Cipinang, Masuk Geng Surabaya
Sabtu, 01 Mei 2010 – 06:43 WIB
Dia sempat kesulitan mendapatkan buku-buku arsitek tentang penjara. Satu buku yang didapatnya dinilai tidak lagi sesuai karena terbitan tahun 70-an. Akhirnya, dia mendapatkan buku Building Type Basics for Justice Facilities itu di Singapura. "Lalu, saya susun plan untuk di Indonesia," katanya. Prinsipnya, biaya murah, pemeliharaan dan pengoperasian mudah. "Sifatnya low teknologi," imbuhnya.
Yang pertama digarap adalah Lapas Narkotika Cipinang. Pembangunannya memakan waktu 2,5 tahun dan peresmiannya dilakukan pada 2003 oleh Megawati, presiden saat itu.
Perencanaan penjara tersebut, papar Purwo, mengacu pada Standard Minimum Rules for the Treatment of Prisoners yang sudah menjadi bagian dari resolusi PBB tahun 1977. Beberapa hal yang diakomodasi dalam perencanaan itu adalah ukuran ruang, cahaya, dan sanitasi.
Purwo mencontohkan ketentuan minimal 5,4 meter persegi perorang sebagai ruang gerak. Mulai tidur, bangun, dan beraktivtas. "Ruang gerak ini memang terbatas. Sebab, sebagai tahanan, ada sebagian haknya yang dirampas. Misalnya, bertemu keluarga yang tidak dilakukan di situ," katanya.
SALAH satu orang penting dalam pembangunan Rutan Khusus Tipikor di Cipinang, Jakarta, yang diresmikan Selasa lalu (27/4) adalah Purwo Ardoko. Dialah
BERITA TERKAIT
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408