Pusat Data
Dahlan Iskan
Saya baru ingat dia lagi minggu lalu. Yakni ketika media menghebohkan terjadinya pembobolan Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) milik Indonesia di bawah Kementerian Komunikasi dan Informatika.
Saya pun mencari anak muda itu. Saya merasa sulit menulis soal pembobolan itu kalau belum bertemu dengannya. Saya ingin tahu kira-kira seperti apa kejadiannya.
Saya ingat namanya, tetapi tidak ingat nomor teleponnya. Saya cari di HP saya. Tidak ketemu. Saya ingat: ini HP baru, yang harganya hanya seperempat HP lama.
Mungkin nomor kontaknya tidak ter-copy ke HP baru.
Dari temannya teman saya nomor anak muda itu bisa saya dapat. Saya hubungi. Tidak berhasil. Saya telepon tidak ada nada sambung. Saya WA: hanya centang satu. Tiap hari saya coba hubungi. Gagal.
Temannya juga sulit menghubunginya. Mereka juga sudah tiga bulan tidak bertemu.
Saya pun malu: tidak bisa segera menulis tentang pembobolan PDNS itu. Padahal, medsos begitu riuh. Sampai ada yang marah-marah mengapa presiden tidak mengangkat anak muda sebagai menkominfo. Yakni anak muda yang paham teknologi informasi.
Saya sendiri, secara pribadi, tidak merasakan dampak apa pun dari pembobolan itu. Tak ada sedikit pun kesulitan. Hidup saya berjalan normal.