Pusat Penyebab Besarnya SILPA di Daerah
Selasa, 09 Maret 2010 – 18:53 WIB
Pusat Penyebab Besarnya SILPA di Daerah
JAKARTA—Pengamat Ekonomi dari Ekonit, Hendry Saparini, mengungkapkan bahwa pemerintah harus kembali mengevaluasi penggunaan anggaran negara melalui APBN. Termasuk pula pengelolaan dan penyaluran dana stimulus ke daerah-daerah. Karena ternyata penggunaan dan penyerapan anggaran justru berjalan tidak maksimal. ‘’Penyaluran anggaran harusnya didampingi dan diawasi. Yang terjadi, anggaran sering terlambat turun ke daerah sehingga mempengaruhi SILPA. SILPA yang besar membuktikan sistem penggunaan dan alokasi anggarannya tidak berjalan baik. Pemerintah pusat harus segera melakukan koreksi dan evaluasi terhadap fakta SILPA ini,’’ tegas Saparini yang juga anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Watimpres).
‘’Pemerintah hanya terkesan semangat mencari hutang saja. Buktinya, dengan Sisa Lebih Penggunaan Anggaran (SILPA) mencapai Rp 38 Triliun tahun 2009, pemerintah akhirnya mengalami defisit yang hingga saat ini mencapai Rp 100 triliun. Artinya pemerintah harus mencari hutang baru lagi guna menutup defisit yang terjadi,’’ kata Saparini kepada wartawan, Selasa (9/3) di Hotel Four Season, Jakarta.
Baca Juga:
Saparini juga mengkritisi SILPA yang terjadi hampir diseluruh Kabupaten/Kota di Indonesia. Hal ini membuktikan, bahwa administrasi pengelolaan anggaran di daerah, juga berjalan tidak maksimal. Pemerintah pusat memiliki peran penting menjadi penyebab terjadinya SILPA di daerah-daerah.
Baca Juga:
JAKARTA—Pengamat Ekonomi dari Ekonit, Hendry Saparini, mengungkapkan bahwa pemerintah harus kembali mengevaluasi penggunaan anggaran negara
BERITA TERKAIT
- Dirut Bank DKI Jamin Dana Nasabah Aman dan Non-tunai KJP Plus Tetap Lancar
- Harga Emas Antam Hari Ini 20 April 2025, UBS dan Galeri24 Sama Saja
- Transaksi Tabungan Emas Pegadaian Diproyeksikan Naik 10 Kali Lipat pada Akhir April
- 165.466 Kendaraan Meninggalkan Jabotabek saat Libur Panjang
- Satgas Ramadan & IdulFitri Pertamina Dinilai Berhasil Memitigasi Lonjakan Permintaan BBM
- Pemda Diminta Jadi Motor Investasi dan Pemerataan Ekonomi