Pusdok Sastra HB Jassin Kurang Dana
Minggu, 20 Maret 2011 – 08:18 WIB
Endo menuturkan, kebutuhan dana di PDS sejatinya terus bertambah. Selain menggaji karyawan, merawat dokumen-dokumen sastra juga perlu duit. Ada banyak kertas-kertas yang rentan lapuk. Selain itu, mereka perlu pengadaan untuk meng-update koleksi.
Baca Juga:
Mereka juga harus mengkliping cerpen-cerpen di koran dan mengumpulkannya berdasarkan nama penulis. "Sekarang koran-korannya menumpuk. Tidak ada orang yang mengkliping," kata lulusan Fakultas Sastra Universitas Indonesia (UI) ini.
Endo berharap Pemprov tidak akan mengurangi biaya subsidi. Sebab, itu menjadi sumber pembiayaan yang penting bagi PDS. Dia khawatir jika berkurang drastis, PDS tak bisa mempertahankan koleksinya dan harus tutup.
Kabar terancam tutupnya PDS gara-gara dana membuat beberapa sastrawan bergerak. Penyair Sitok Srengenge, misalnya. Dia menggalang dana untuk PDS melalui sejumlah koleganya dan akun jejaring sosial twitter miliknya. Beberapa dari mereka bahkan sudah membentuk koordinator pengumpul koin di wilayahnya. "Ini sifatnya gawat darurat. Masyarakat harus ikut membantu agar bisa diselamatkan," katanya.
JAKARTA - Pusat Dokumentasi Sastra (PDS) HB Jassin terancam tidak bisa berkembang. Pasalnya, dana subsidi dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Pemprov
BERITA TERKAIT
- Belasan Ketum Kadin Daerah Gugat Pelaksanaan Munaslub 2024
- Menag Dikirimi Sejumlah Barang Berharga oleh Orang Misterius
- Polisi Tembak Siswa SMK di Semarang: Keterangan Siapa yang Benar?
- Usut Kasus Investasi Fiktif, KPK Panggil Petinggi PT. Insight Investmen Management dan PT Taspen
- Wayan Sudirta Soroti Sejumlah Persoalan di Institusi Polri Termasuk Kasus Penembakan Anggota Paskibraka di Semarang
- Aktif Dorong Reformasi Keuangan, Misbakhun Raih Penghargaan