Putin Bawa Misi Menyatukan Gereja Lewat Serbuan Rusia ke Ukraina?
jpnn.com - Keputusan Presiden Rusia Vladimir Putin menginvasi Ukraina diduga tidak hanya mengusung misi memperluas wilayah dan pengaruh.
Bisa jadi, mantan tentara dengan pangkat terakhir letnan kolonel itu membawa misi penyatuan gereja dalam serbuan militer Rusia ke Ukraina.
Putin berkarier sebagai tentara saat negerinya masih bernama Uni Soviet yang berhaluan komunisme. Namun, pria kelahiran 7 Oktober 1952 itu dibesarkan oleh ibunya yang dikenal pengikut taat Gereja Ortodoks.
Putin -seperti halnya mayoritas warga Rusia- juga penganut salah satu aliran dalam Kristen itu. Dia kerap terlihat mengenakan kalung salib.
Walakin, ada perbedaan signifikan antara Gereja Ortodoks Rusia dengan Kristen di Barat. Perbedaan itu juga menyangkut liturgi dan keyakinan.
Presiden Institute on Religion and Democracy (IRD) Mark Tooley punya analisis soal itu. "Rusia merupakan musuh bebuyutan bagi Barat justru karena versi kekristenannya," katanya dalam World Magazine.
Tooley menjelaskan Gereja Ortodoks Rusia selama berabad-abad memosisikan diri sebagai penjaga kebenaran iman yang berbeda dari Katolik dan Protestan.
"Moskow, menurut pengetahuan ini, adalah Roma ketiga, tempat kedudukan sejati umat Kristen setelah Konstantinopel dan Kekaisaran Romawi," tutur Tooley.
Jurnalis senior BBC Harry Farley yang kerap membahas masalah agama menyebut Putin mengidentifikasi diri sebagai figur mesias.
- Demi Perdamaian, Negara Tetangga Minta Ukraina Ikhlaskan Wilayahnya Dicaplok Rusia
- Kabur ke Rusia, Bashar al-Assad dan Keluarganya Kantongi Suaka
- Tanda-Tanda dan Kronologi Kejatuhan Bashar al-Assad di Suriah
- Militan Suriah Menang, Bashar Menghilang, Dinasti Assad Tumbang
- Di Tengah Gempuran Rusia, 75 WNI Masih Bertahan di Ukraina
- Joe Biden Izinkan Ukraina Pakai Rudal Jarak Jauh AS untuk Serang Rusia