Putra Kadhafi Usulkan Pemilu Diawasi Internasional
Sementara Jet NATO Kembali Lancarkan Serangan
Jumat, 17 Juni 2011 – 22:17 WIB
Menurut dia, ayahnya seharusnya mundur jika kalah perang. Tetapi, itu mustahil dilakukan oleh Kadhafi. Meski demikian, Saif juga mengakui bahwa rezim ayahnya telah kehilangan legitimasi. Dia pun memiliki bahwa Libya kelak akan menjadi negara federal dengan otonomi yang kuat di tangan pemerintah lokal. Sementara itu, pemerintah pusat di Tripoli tak lagi pegang kendali seperti selama ini.
Baca Juga:
Dalam kesempatan itu, dia mengimbau rakyat Libya untuk mendukung pemilu. Sebab, hanya pemilu yang akan menjadi solusi paling aman bagi oposisi dan pemerintah. "Ayo kita beramai-ramai memberikan suara. Biarkan yang terbaik yang keluar sebagai pemenang," tandas Saif.
Pada saat sama, Menlu Italia Franco Frattini mendesak seluruh pemimpin suku di Libya bertemu untuk membahas rekonsiliasi. Dia memperkirakan sekitar 300 orang wakil dari seluruh Libya akan hadir dalam pertemuan tersebut. Frattini tidak menyebutkan tanggal pertemuan. Tapi, kantor berita ANSA menyatakan, pertemuan mungkin berlangsung pekan depan.
Terpisah, Mikhail Margelov kemarin tiba di Tripoli. Diplomat yang menjabat sebagai utusan khusus Presiden Rusia Dmitry Medvedev itu langsung bertemu Perdana Menteri (PM) Baghdadi al-Mahmudi. "Tak ada rencana bertemu Kadhafi," kata jubir Margelov, Varvara Paal.
TRIPOLI - Pemimpin Libya Muammar Kadhafi akhirnya mau berkompromi. Kemarin (16/6) Saif al-Islam, putra Kadhafi, mengusulkan pemilihan umum (pemilu)
BERITA TERKAIT
- Puluhan Anggota Legislatif Inggris Desak Pemerintah Sanksi Israel
- Beda dengan Prabowo, Trump Tunjuk Utusan Khusus Presiden untuk Atasi Krisis Ukraina
- Wapres Sara Duterte Digugat Pidana oleh Kepolisian Filipina
- Rawhi Fattuh Jadi Calon Kuat Presiden Palestina, Siapakah Dia?
- Mahmoud Abbas Keluarkan Dekrit Demi Penggantinya di Jabatan Presiden Palestina
- BPK Dorong Tata Kelola Pendanaan Iklim yang Transparan dan Efektif