Putu Laxman Pendit Doktor Perpustakaan yang Tidak Dapat Tempat di Indonesia
"Namun sepulangnya dari Australia dengan berbekal gelar doktor, saya justru menghadapi resistensi di Universitas Indonesia."
"Rencana saya untuk bekerja sama dengan RMIT mendirikan program studi double-degree kurang diterima dengan alasan tidak menguntungkan Indonesia dan lebih menguntungkan RMIT," katanya lagi.
Dalam waktu bersamaan ketika itu, enam bulan setelah dia diwisuda di RMIT, Pemerintah Australia memberikan status permanent residence kepada keluarga Putu.
"Saya menghadapi dilema. Di satu sisi pihak kampus menegaskan saya harus hadir penuh di Indonesia sebagai dosen dan pegawai negeri, di lain sisi saya tidak ingin kehilangan kesempatan untuk keluarga tinggal di Australia, terutama bagi kepentingan kedua putri kami yang waktu itu masih setingkat SMP."
Putu Pendit kemudian menawarkan diri untuk hadir di Indonesia sebagai dosen tidak tetap dan hanya mengajar dua kali setahun selama 3 bulan dengan biaya transportasi yang ditanggung sendiri.
"Tetapi nampaknya tawaran saya ini tidak sesuai dengan skema kepegawaian UI waktu itu dan dengan berbagai cara yang sampai sekarang saya masih merasa diberlakukan tidak-adil, akhirnya saya diberhentikan secara tidak hormat pada tahun 2007 dan semua kegiatan serta upaya saya di UI selama ini dihapuskan dari catatan mereka."
Pemecatan itu menurut Putu terasa seperti sejarah yang berulang, karena ibunya juga pernah dipecat dari UI 41 tahun sebelumnya, meski dengan alasan yang berbeda.
"Ibu saya dulu pernah menjadi ketua Jurusan Ilmu Perpustakaan di UI tahun 1964-1966 dan ketika Soeharto berkuasa, Ibu diberhentikan dengan tidak hormat karena mengikuti Kongres Himpunan Sarjana Indonesia yang dianggap “kiri”," katanya.
Putu Laxman Pendit pernah memilih menekuni ilmu perpustakaan yang langka di Indonesia, bahkan sampai ke tingkat doktor
- Upaya Bantu Petani Indonesia Atasi Perubahan Iklim Mendapat Penghargaan
- Dunia Hari Ini: Tanggapan Israel Soal Surat Perintah Penangkapan PM Netanyahu
- Dunia Hari Ini: Warga Thailand yang Dituduh Bunuh 14 Orang Dijatuhi Dihukum Mati
- Biaya Hidup di Australia Makin Mahal, Sejumlah Sekolah Berikan Sarapan Gratis
- Digitalisasi untuk Mendorong Pengembangan Pariwisata Indonesia Perlu Dilakukan
- Universitas Bakrie Jadi Jembatan Pengembangan Industri Halal Antara Indonesia dan Filipina