Putu Rudana: Dunia Pendidikan Perlu Kembali ke Ajaran Ki Hajar Dewantara

Putu Rudana: Dunia Pendidikan Perlu Kembali ke Ajaran Ki Hajar Dewantara
Ketua Umum Asosiasi Museum Indonesia (AMI) Putu Supadma Rudana. Foto: BKSAP

"Sumber daya manusia tidak hanya maju dari segi keilmuan material (ilmiah saintifik), tetapi juga cerdas secara emosional dan spiritual. Inilah yang dibutuhkan oleh Indonesia ke depan," ujar legislator asal Bali itu.

Putu mengatakan sangat tepat apabila dikaji kembali pemikiran dari Bapak Pendidikan Indonesia, dan pendiri Tamansiswa Ki Hajar Dewantara berupa konsep pendidikan yang holistik, di mana peserta didik dibentuk menjadi insan yang berkembang secara utuh yakni rasio, olah rasa, olah jiwa, dan olah raga melalui proses pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, dilaksanakan dalam suasana penuh keterbukaan, kebebasan, serta menyenangkan.

"Ki Hajar Dewantara juga menekankan pentingnya pendidik mengakar pada budaya, bahwa peserta didik harus memahami dan menghargai warisan budaya bangsa. Ini dapat meningkatkan rasa identitas dan kebanggaan, serta memberikan pemahaman yang lebih baik tentang nilai-nilai lokal," ucapnya.

Putu juga menjelaskan mengenai pendidikan yang holistik bahwa penting juga mengedepankan pemahaman menyeluruh tentang sejarah kebudayaan, dalam rangka melengkapi penguasaan ilmu dan teknologi, emosional dan spiritual.

Sebagai ketua umum AMI, Putu ingin mengajak masyarakat tidak hanya mengunjungi museum saja, tetapi juga belajar mengenai kebudayaan. Menurut dia, sejatinya museum adalah sekolah. Sementara, kebudayaan dan seni akan lestari jika sebagai bangsa mengenal dan memahaminya.

"Menarik intisari ilmu yang terkandung di dalamnya untuk kemudian kita sesuaikan dengan kebutuhan hari ini. Kearifan lokal dan kebijaksanaan lokal kita, sangat relevan dengan konteks internasional hari ini. Inilah yang dinamakan dengan from local wisdom to global action," ungkapnya.(fat/jpnn)

Ketua Umum AMI Putu Supadma Rudana mendorong agar dunia pendidikan perlu kembali ke ajaran Ki Hajar Dewantara. Begini argumentasinya.


Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News