Quick Count di Indonesia Tidak Mendidik Pemilih
Rabu, 11 Februari 2009 – 08:14 WIB
JAKARTA- Sejumlah lembaga survei di Indonesia dinilai belum memberikan edukasi yang benar kepada pemilih. Hasil quick count (hitung cepat) yang selama ini dirilis lembaga survei tidak seharusnya disebut seperti itu. Hansen mengatakan, kesalahan interpretasi antara quick count dan exit polls seharusnya dihindari. Lembaga survei seharusnya bisa menjelaskan kepada publik bahwa hitung cepat yang mereka maksud adalah exit polls. Hitung cepat yang sebenarnya adalah penghitungan sebenarnya dari jumlah surat suara yang dilakukan penyelenggara, dalam hal ini Komisi Pemilihan Umum. "Lembaga survei harus menjelaskan kepada media supaya publik tahu apa yang mereka dapatkan," jelas Hansen.
"Hasil hitung cepat dengan menanyai pemilih saat keluar TPS adalah exit polls. Bukan quick count," kata Joe Hansen, campaign advisor Presiden AS Barack Obama, dalam diskusi survei dan opini publik di Hotel Sari Pan Pacific, Jakarta, kemarin (10/2).
Baca Juga:
Selain Hansen, Direktur Eksekutif Indo Barometer Muhammad Qodari juga sebagai pembicara dalam diskusi yang diselenggarakan Perhimpunan Survei Opini Publik Indonesia (Persepi) itu.
Baca Juga:
JAKARTA- Sejumlah lembaga survei di Indonesia dinilai belum memberikan edukasi yang benar kepada pemilih. Hasil quick count (hitung cepat) yang selama
BERITA TERKAIT
- Geram dengan KPK, Megawati: Siapa yang Memanggil Kamu Hasto?
- Setelah Sengketa Pilpres 2024, MK Bersiap Menyidangkan PHPU Pileg
- Apresiasi Putusan MK, AHY: Pimpinan Hadapi Tekanan dan Beban Luar Biasa
- MK Anggap Tidak Ada Keberpihakan Presiden terhadap Prabowo-Gibran
- KPU Bakal Umumkan Hasil Rekapitulasi Setelah Waktu Berbuka
- KPU Upayakan Rekapitulasi Nasional Rampung Sebelum 20 Maret