Quo Vadis, Gollkar?

Quo Vadis, Gollkar?
Quo Vadis, Gollkar?
Ide-ide pembaruan saja tampaknya tak cukup jika tak disertai dukungan politik. Yakni, mesin politik, baik partai politik, networking, soliditas partai, public relations hingga kekuatan dana. Bagaimana mesin politik JK?

Dia bukanlah tokoh yang dibesarkan dan membesarkan partai berlambang beringin ini walau ia tercatat sebagai kader Golkar. Bahkan, berhasilnya JK menjadi ketua umum Golkar lebih merupakan blessing in disguise. Jika saja JK tak menjadi capres, barangkali, ia tak akan pernah menjadi ketua umum Golkar.

Faksi-faksi di Golkar bisa bersatu menggolkan JK menjadi ketua umum dalam Munaslub Golkar di Denpasar pada Desember 2004 karena elit partai itu berkehendak tetap masuk dalam struktur kekuasaan, yang sudah merupakan karakter dan habitat partai ini berpuluh-puluh tahun di era Orde Baru.

Kehendak itu hanya mungkin jika JK memimpin Golkar. Presiden SBY juga berkepentingan JK memimpin Golkar agar fraksi partai ini di DPR mendukung pemerintahan. Sebelumnya, partai beringin ini bergabung dengan Koalisi Kebangsaan, bersama PDIP, PPP dan PDS di kubu “oposisi.” Eh, ketika JK menjadi ketua umum Golkar, Koalisi Kebangsaan merapuh dan menjadi pendukung pemerintah, kecuali PDIP dan PDS.

JK memberi atmosfer baru jagat perpolitikan. Ia kritik SBY dalam Debat Capres terakhir. Sebelumnya, seakan tabu. Ia soal iklan mi instant SBY yang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News