Radikal Shofa

Oleh: Dahlan Iskan

Radikal Shofa
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Tentu awalnya mereka mencurigai Shofa sebagai intel. Lama-lama mereka tahu Shofa itu murni peneliti. Ketika ke Jakarta mereka juga mampir ke rumah Shofa. Di bilangan Pasar Minggu. Yakni di rumah berukuran 230 m2 yang dibeli istrinya secara cicil. "Sekarang hampir lunas," katanya lantas tersenyum.

Mereka pun tahu di rumah Shofa penuh buku. Penuh sekali. Itulah, katanya, harta paling berharga di rumahnya. Komplet. Buku-buku agama, buku filsafat, hukum, dan ilmu sosial.

Shofa ingin seminggu sekali ada review buku dari para mantan teroris itu. Dibuatkan videonya.

Satu orang sudah mengirimkan review itu ke Shofa. Lalu Shofa mengunggahnya ke YouTube. Ada juga yang membuat video tentang Rumahku Bukuku. Lalu dikirim ke Shofa.

Untuk mengirim buku ke mereka, Shofa mendapat bantuan buku. Tapi untuk perjalanan menemui mereka Shofa menggunakan uangnya sendiri.

Langkah baru Shofa lainnya adalah: kajian buku. Ia memilih kajian ushul fikih. Bukan tafsir Quran, bukan hadis, dan bukan pula tauhid.

Dalam bahasannya itu Shofa malah tidak menyinggung sama sekali ayat-ayat terkait radikalisme. "Mereka justru akan bilang, 'itu kan tafsir Anda' begitu," ujar Shofa.

Dengan kajian buku ushul fikih, mereka menjadi tahu bahwa untuk menafsirkan satu ajaran itu tidak mudah. Perlu banyak bacaan. Perlu banyak ilmu pendukung. Perlu nahwu dan shorof.

Kini Shofa punya kegiatan mulia: bersahabat dengan mantan teroris. Bukan hanya bersahabat. Ia punya program bersama. Namanya: Rudalku.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News