Radikalisme Tidak Selalu Negatif dalam Agama
Menurutnya, sikap radikalisme dalam agama bisa berupa merasa menjadi pribadi/kelompok paling benar, merasa pendapatnya paling baik, merasa agama dan keyakinannya paling menyelamatkan. Sedangkan yang lain sesat, tidak baik, dan merugi.
"Sikap ekstrem dalam beragama tersebut ada di dalam semua agama sehingga tidak bisa disematkan hanya pada satu agama saja.
Logika radikalisme agama tersebut menjadi bermasalah jika merambah ke ruang publik yang serba heterogen dengan beragam keyakinan, agama, ras dan warna kulit, suku bangsa, dan bahasa," lanjutnya.
Karena itu dia menyatakan perlu ada ‘logika penyeimbang’ yang responsif, relevan, dan kokoh di tengah kondisi radikalisme negatif semacam ini.
Harapannya heterogenitas tidak memicu munculnya konflik dan kekerasan yang bisa berujung pada runtuhnya NKRI.
"Istilah ‘radikal’ tidak semata-mata selalu berkonotasi negatif sehingga membahayakan bangsa, tetapi hanya radikalisme yang berujung pada sikap ekstrem yang mengancam terhadap keutuhan bangsa," pungkasnya. (flo/jpnn)
Setiap agama dipastikan memiliki kelompok yang radikal tapi tidak selalu bersifat negatif.
Redaktur & Reporter : Natalia
- Lawan Konten Radikal di Internet, BNPT Ajak Semua Pihak Sebar Narasi Moderat
- BNPT dan BPSDM Kemendagri Kerja Sama Mencegah Paham Radikal di Kalangan ASN
- Cegah Radikalisme, Sandiaga Sinergikan Program Kemenparekraf dengan BNPT
- Gus Jazil: Perguruan Tinggi Garda Terdepan Menangkal Radikalisme
- Bertemu Ganjar Pranowo, Gus Miftah: Cintaku Padamu tak Seindah Surat Cinta untuk Starla
- Radikalisme Menurun Saat Pandemi COVID-19, Indonesia Lebih Aman dari Filipina dan Thailand