Radio Buku, Semangat Mengarsipkan Buku lewat Suara
Wawancarai Penggemar Buku Resep sampai Peneliti UCLA
Jumat, 27 April 2012 – 00:07 WIB
Setelah jadi, Radio Buku memulai siaran perdana pada akhir 2010. Secara teknis, radio itu tak menyiarkan acaranya secara langsung. Semua acara yang disiarkan dalam bentuk arsip (rekaman).
"Setiap kata yang dilontarkan oleh announcer (penyiar radio)-nya pun diarsipkan terlebih dahulu, baru diputar di live streaming," ungkap penulis buku Tuhan Izinkan Aku Menjadi Pelacur, dan salah satu penulis: Lekra Tak Membakar Buku itu.
Karena semua prosedur teknis menggunakan arsip, dokumentasi suara dalam bentuk MP3 bisa diunduh pendengarnya pada situs website Radio Buku.
Diferensiasi antara Radio Buku dan radio populer, antara lain, dari sisi konten. Muhidin menyebutkan, beberapa konten radio yang dianggap nyeleneh adalah rubrik pembacaan cerita dan wawancara. Hingga saat ini, radio buku telah mengarsipkan wawancara dengan kurang lebih 80 narasumber.
Penggila buku di Jogjakarta Senin (23/4) lalu meramaikan peringatan enam tahun Komunitas Indonesia Buku (IBOEKOE). Lewat divisinya, Radio Buku, komunitas
BERITA TERKAIT
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408