Ragukan Kesepakatan Kopenhagen

Ragukan Kesepakatan Kopenhagen
Ragukan Kesepakatan Kopenhagen
JAKARTA – Meskipun konvensi PBB tentang perubahaan iklim (United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) Conference of the Parties (COP) 15 di Kopenhagen, Denmark pada 7-18 Desember mendatang masih diragukan untuk mencapai kesepakatan, pasalnya negara adidaya seperti AS, pasti kurang mendukung akan pengurangan emisi tersebut.

      

”Namun sikap optimis terhadap negara-negara berkembang adanya kesepakatan untuk menurunkan emisi masih tetap menjadi komitmen suatu negara di dunia ini,” kata mantan Menteri Negara Pengawasan Pembangunan dan Lingkungan Hidup (1983-1992) Emil Salim, dalam National Dialogue on Climate Change di Hotel Borobudur, Jakarta, Senin (23/11).

      

Menurut Emil, negara-negara maju seperti AS yang seharusnya menjadi fasilitator dalam permasalahan iklim ini, bukan negara berkembang. Tetapi kenyataannya malah negara maju Amereka yang sampai saat ini masih belum menetapkan angka pengurangan emisi dengan alasan RUU internal mereka.

      

”Buat apa kita selalu memikirkan AS terkait tentang perubahaan iklim ini, yang penting bagaimana Dunia yang kita huni ini bisa terjaga kedepannya. Dan ini merupakan tanggung jawab negara bagimana pengurangan emisi ini,” ujar memimpin Yayasan Keanekaragaman Hayati (Kehati) itu. (rdi)

JAKARTA – Meskipun konvensi PBB tentang perubahaan iklim (United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) Conference of the


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News