Ragukan Vaksin AstraZeneca, Warga Papua Nugini Menolak Disuntik
Lebih dari 130.000 dosis telah dijadwalkan untuk mendarat dari India, dan .
Menurut WHO, hanya sekitar 11 sampai 29 orang di Papua Nugini dari kira-kira 8 juta orang yang mungkin akan mengalami penggumpalan darah, yang sangat jarang terjadi, setelah menerima vaksin AstraZeneca.
Pejabat medis lainnya seperti Dr Huang mengatakan bahwa lebih banyak orang yang mungkin meninggal dunia karena COVID-19.
Jadi ia mendukung keputusan Pemerintah Papua Nugini untuk meneruskan program vaksinasi kepada kelompok di bawah usia 50 tahun.
"Di Papua Nugini, konteksnya sangat berbeda mengingat penularan di komunitas yang tinggi dan kita telah melihat pengaruhnya terhadap angka kematian dan sistem kesehatan. Jadi, jangan ada lagi waktu yang terbuang."
Dr Huang mengatakan keraguan untuk divaksinasi bisa menimbulkan kemunduran besar.
Chris Topa, 36, bekerja di ibu kota Papua Nugini, Port Moresby, dan mengatakan semakin sulit untuk memilah fakta dari fiksi.
"Bukan hanya Anda mencari informasi dari pemerintah, Anda juga memiliki informasi dari belahan dunia lain, dan ada banyak pro dan kontra yang harus Anda [saring], tidak hanya dengan pandemi itu sendiri tetapi juga dengan vaksinnya," katanya.
Keputusan Australia membatasi pemakaian vaksin AstraZeneca untuk kelompok di bawah 50 tahun telah menyebabkan keraguan vaksinasi di Papua Nugini yang saat ini sedang berlangsung
- Siapa Saja Bali Nine, yang Akan Dipindahkan ke penjara Australia?
- Dunia Hari Ini: Menang Pilpres, Donald Trump Lolos dari Jerat Hukum
- Dunia Hari Ini: Kelompok Sunni dan Syiah di Pakistan Sepakat Gencatan Senjata
- Upaya Bantu Petani Indonesia Atasi Perubahan Iklim Mendapat Penghargaan
- Dunia Hari Ini: Tanggapan Israel Soal Surat Perintah Penangkapan PM Netanyahu
- Dunia Hari Ini: Warga Thailand yang Dituduh Bunuh 14 Orang Dijatuhi Dihukum Mati