Rahmat Shah, Dengan Kocek Sendiri Bikin Museum Satwa Liar Terbesar di Asia
Tiap Bulan Nombok Puluhan Juta Rupiah
Rabu, 23 Maret 2011 – 08:08 WIB
Museum itu cukup ramai dikunjungi, terutama rombongan anak sekolah dan turis asing saat Sabtu dan Minggu. Tiket masuk ke museum dan galeri tersebut relatif terjangkau. Biaya yang harus dikeluarkan pengunjung dewasa adalah Rp 35 ribu, sedangkan untuk anak-anak Rp 25 ribu. "Saya tidak cari untung di sini. Kalau cari untung, tentu yang saya bangun mal," ujar Rahmat lantas tertawa.
Lantas, dari mana satwa-satwa tersebut dikumpulkan" Sekitar 25 persen koleksi merupakan satwa hasil buruan Rahmat di luar negeri. Tentu saja melalui jalur legal. "Sisanya dari pemberian teman atau satwa yang mati dari kebun binatang," jelasnya.
Di luar negeri, izin perburuan dilakukan terhadap spesies yang over-population. Itu pun untuk binatang yang sudah tua. "Tujuan saya murni konservasi. Kalau, misalnya, ada hal buruk yang membuat ada spesies yang akhirnya punah, generasi mendatang tetap bisa melihat dan mempelajarinya, meski dalam bentuk awetan," ungkapnya.
Atas upayanya melakukan konservasi satwa tersebut, Rahmat telah tercatat sebagai putra pertama Indonesia yang menerima International Conservation Award. Penghargaan itu diberikan lembaga internasional yang konsen terhadap kelangsungan satwa, Association of Zoo & Aquariums (AZA).
Saking cintanya kepada dunia binatang, Rahmat Shah rela mengeluarkan uang hingga miliaran rupiah untuk membangun museum dan galeri satwa liar. Koleksinya
BERITA TERKAIT
- Rumah Musik Harry Roesli, Tempat Berkesenian Penuh Kenangan yang Akan Berpindah Tangan
- Batik Rifaiyah Batang, Karya Seni Luhur yang Kini Terancam Punah
- 28 November, Masyarakat Timor Leste Rayakan Kemerdekaan dari Penjajahan Portugis
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara