Raja Metal Dunia Ungkap Kekhawatiran soal Nasib Ekonomi Rusia, Mengerikan
jpnn.com, LONDON - Raja metal Vladimir Potanin menyayangkan respons pemerintah Rusia terhadap eksodus perusahaan asing dari negara tersebut pascainvasi ke Ukraina.
Menurut dia, menyita aset perusahaan yang telah meninggalkan Rusia berpotensi menghancurkan kepercayaan investor, bahkan sampai mengembalikan ekonomi negara tersebut ke era Revolusi Bolshevik satu abad lalu.
Potanin, pemegang saham terbesar di Norilsk Nickel, produsen paladium dan nikel rafinasi terbesar di dunia, mengatakan Rusia harus merespons pengucilannya dari ekonomi dunia dengan pragmatisme.
"Kita seharusnya tidak mencoba membanting pintu tetapi berusaha untuk mempertahankan posisi ekonomi Rusia di pasar-pasar yang telah lama kita kembangkan," Potanin, presiden Norilsk Nickel yang berusia 61 tahun, mengatakan di aplikasi pesan Telegram.
Potanin mengatakan penyitaan aset dari perusahaan yang telah meninggalkan Rusia akan membuat negara itu tidak dilirik investor selama beberapa dekade.
"Ini akan membawa kita kembali 100 tahun ke 1917 dan konsekuensinya - kurangnya kepercayaan global di Rusia dari investor - akan kita rasakan selama beberapa dekade," kata Potanin.
Selain sebagai produsen paladium dan nikel bermutu tinggi terbesar di dunia, MMC Norilsk Nickel adalah produsen utama platinum dan tembaga. Ini juga menghasilkan kobalt, rhodium, perak, emas, iridium, rutenium, selenium, telurium dan belerang.
Perdana Menteri Mikhail Mishustin mengatakan kepada Presiden Vladimir Putin pada hari Kamis bahwa Rusia mengusulkan menempatkan perusahaan yang telah meninggalkan Rusia ke dalam administrasi eksternal.
Raja metal Vladimir Potanin mengungkapkan kekhawatirannya terhadap masa depan perekonomian Rusia
- Gegara Puluhan Ribu Video, Rusia Ancam Google - YouTube
- Eskalasi Ketahanan Nasional dengan Angkatan Siber Adalah Keniscayaan
- Demi Kemerdekaan, Serbia Ogah Bergabung dengan NATO
- Putin Ungkap Resep Ekonomi Rusia Berkembang di Tengah Tsunami Sanksi: Model Baru
- Menteri dan Taipan Myanmar Terkena Sanksi Uni Eropa
- Menlu G7 Berkumpul Bahas Ukraina, Siapkan Sanksi Tanpa Henti untuk Rusia