Raker Perdana Menkeu, Nyaris Diboikot
Rabu, 02 Juni 2010 – 12:16 WIB

Raker Perdana Menkeu, Nyaris Diboikot
JAKARTA— Rapat kerja perdana Menteri Keuangan Agus Martowardojo dengan Komisi XI DPR RI, Rabu (2/7) nyaris diboikot. Rapat yang diagendakan guna membahas RUU mata uang dan asumsi dasar RAPBN 2011, seharusnya dihadiri juga oleh Menteri Hukum dan HAM Patrialis Akbar mewakili Presiden bersama-sama dengan Menkeu. Namun Patrialis hanya mengirimkan penggantinya seorang pejabat fungsional. Mengetahui yang hadir hanya selevel pejabat fungsional dan bukan eselon I, Melchias pun dengan ketus mengatakan."Pak, ini rapat kerja dengan menteri, bukan dengan pejabat sekelas pejabat fungsional. Saya sudah sering membahas UU, tapi baru kali ini ada Menteri diwakili yang bukan selevel pejabat eselon I menteri," katanya.
Rapat yang dibuka oleh pimpinan sidang Emir Moeis, sekitar pukul 11.00 WIB tersebut langsung dihujani interupsi. Anggota F-Golkar Melchias Makus Mekeng memulai interupsi dengan bertanya kepada perwakilan yang menggantikan Patrialis Akbar.
Baca Juga:
"Bapak siapa? Eselon berapa? Menterinya kenapa tidak hadir," tanyanya. Perwakilan dari Menkumham pun menjawab, bahwa namanya Karjono dan menjabat sebagai pejabat fungsional bagian legal drafter perundang-undangan. Kehadirannya untuk mewakili Menkumham Patrialis Akbar yang sedang melakukan kunjungan kerja ke Kupang-NTT.
Baca Juga:
JAKARTA— Rapat kerja perdana Menteri Keuangan Agus Martowardojo dengan Komisi XI DPR RI, Rabu (2/7) nyaris diboikot. Rapat yang diagendakan
BERITA TERKAIT
- Siap Handover Bulan Ini, Sky House Hadirkan Berbagai Promo Menarik
- Mitra Binaan Pupuk Kaltim Lakukan Ekspor Perdana ke Filipina
- BPK Diminta Pertimbangkan Revisi UU BUMN terkait Pengawasan Uang Negara
- BRI Insurance Bayarkan Klaim Asuransi Alat Berat Senilai Rp 438 Juta
- JCI East Java Dorong Pengusaha Muda Aktif Mengembangkan Diri
- Ekonom Mewanti-Wanti, Pengelolaan Danantara Jangan jadi Bola Panas