Rakyat Frustrasi, Pro-Mubarak Masih Bergigi
Revolusi Belum Selesai, Kembali Turun ke Jalan Tuntut Perubahan
Minggu, 10 Juli 2011 – 02:50 WIB
"Beberapa kandidat (presiden) enggan memasukkan unsur militer dalam pemerintahan. Tapi, itu tidak mungkin. Sebab, militer merupakan kelompok yang paling kuat dalam skema politik pemerintah," tutur Sherif Younis, ahli sejarah pada Helwan University, dalam artikel yang dia tulis untuk portal berita Al-Masry Al-Youm.
Padahal, sejak awal militer janji tak akan mencalonkan diri dalam pemilihan presiden (pilpres) Mesir mendatang. Jika itu benar-benar terjadi, untuk kali pertama Mesir bakal menggelar pilpres yang bebas dari kandidat militer. Sebab, sejak 1952 para tokoh militer tak pernah absen meramaikan pilpres di Mesir.
Sejauh ini, ada empat tokoh senior militer yang menjadi kandidat dalam pilpres dan sukses menjadi pemenang. Keempatnya sama-sama berpangkat jenderal. Salah satunya adalah Mubarak. Sedangkan tiga lainnya adalah Mohamed Naguib, Gamal Abdel Nasser, dan Anwar Sadat.
Faktanya, militer Mesir tak bisa jauh dari pemerintahan. Bahkan, militer di sana tidak akan benar-benar bebas dari politik atau menjadi kelompok yang independen dalam pemerintahan. Sebab, secara tidak langsung, manunggalnya militer dan pemerintahan tertuang dalam konstitusi Mesir.
KAIRO - Perjuangan rakyat untuk mewujudkan transisi demokrasi di Mesir sepertinya belum selesai. Itulah yang terjadi pasca revolusi berdarah di Tahrir
BERITA TERKAIT
- BPK Dorong Tata Kelola Pendanaan Iklim yang Transparan dan Efektif
- Hubungan Presiden dan Wapres Filipina Retak, Beredar Isu Ancaman Pembunuhan
- Kemlu RI Berharap PM Israel Benjamin Netanyahu Segera Ditangkap
- Operasi Patkor Kastima 2024 Dimulai, Bea Cukai-JKDM Siap Jaga Kondusifitas Selat Malaka
- Hari Martabat dan Kebebasan, Simbol Ketahanan dan Harapan Rakyat Ukraina
- Gaza Menderita, Otoritas Palestina Tolak Rencana Israel Terkait Penyaluran Bantuan