Rakyat Jogja Ancam Boikot Pilkada
Banyak Kesultanan Musnah karena Dicabut dari Kearifan Lokal
Sabtu, 04 Desember 2010 – 17:50 WIB
Hal lain yang diungkapkan Syaifullah, sikap pemerintah sepertinya lebih karena mengagungkan model pilkada. Padahal, lanjutnya, pilkada yang sudah digelar sarat dengan politik uang dan beragam bentuk kecurangan, serta tidak menjamin bisa menghasilkan pemimpin yang memikirkan kesejahteraan rakyat. "Apakah itu lebih baik dibanding dengan penetapan yang prosesnya dilakukan dengan demokratis?" cetus Syaifullah.
Pakar hukum tata negara Irmanputra Sidin punya pendapat lain. Katanya, ada sisi positif yang dilakukan oleh Presiden SBY dengan melontarkan statemen soal monarki DIY. Dikatakan, hal ini lebih baik lantaran presiden membuka debat publik, yang bisa menjadi masukan-masukan bagi proses pengambilan kebijakan. "Daripada kebijakan yang sudah dikeluarkan, baru kita polemikkan, itu percuma," ujarnya.
Djohermansyah mengakui, pendapat-pendapat dari publik akan dijadikan bahan bagi pematangan perumusan RUU DIY. Termasuk yang muncul dalam diskusi rutin ini, akan dibawa dalam pembahasan di tim perumus yang menggodok kewenangan apa saja yang akan diberikan ke Sri Sultan HB, yang dilakukan hingga Senin (6/12). (sam/awa/jpnn)
JAKARTA -- Keputusan pemerintah bahwa mekanisme pengisian gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dilakukan dengan pemilihan langsung, rupanya
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
BERITA TERKAIT
- Agung Laksono Kritik Proses Pemilihan Ketum PMI
- Puluhan Ribu Konten Promosi Produk Kecantikan dan Makanan Ilegal Dihapus
- Kementerian Bertambah, ASN Belum Dipindahkan ke IKN dalam Waktu Dekat
- Mulai Januari 2025, Pekerja Indonesia Pensiun di Usia 59 Tahun
- Gabung BRICS, RI Bisa Jadi Jembatan Suarakan Kepentingan Negara Berkembang
- HMPV Merebak di Tiongkok, Dinkes Jateng Minta Warga Jangan Panik, Tetapi