Rakyat Thailand Sudah Muak dengan Perdana Menteri, Raja Juga Kena Semprot
jpnn.com, BANGKOK - Ratusan warga kembali memenuhi jalanan di Kota Bangkok, Thailand, Sabtu (19/9). Para demonstran mendesak pengunduran diri Perdana Menteri Prayuth Chan-ocha, perubahan konstitusi, dan pemilihan umum yang baru.
Pengunjuk rasa berharap aksi hari ini jadi demonstrasi terbesar setelah selama bertahun-tahun warga rutin turun ke jalan menyuarakan tuntutan tersebut.
Sejumlah demonstran juga meminta kekuasaan kerajaan dan kewenangan Maharaja Vajiralongkorn dikurangi. Meskipun ada tekanan dari pemerintah, tuntutan terhadap kerajaan tetap diserukan oleh sejumlah demonstran.
Ratusan orang pada Sabtu berkumpul di sekitar Thammasat University, kampus yang dianggap banyak pihak sebagai markas oposisi pemerintah dan kerajaan.
Para pemrotes diperbolehkan masuk, meskipun pihak kampus sempat mengatakan mereka akan dilarang memasuki kawasan itu.
Massa kembali rutin menggelar aksi sejak pertengahan Juli 2020. Sejauh ini, aksi massa terbesar di Bangkok berlangsung pada Agustus dan diikuti sekitar 10.000 orang.
Pengunjuk rasa berharap aksi hari ini dapat diikuti oleh lebih banyak peserta.
Seorang pengacara hak asasi manusia, yang menjadi salah satu pemimpin massa aksi, Arnon Nampa, lewat unggahannya di Twitter mengatakan massa menuntut pemerintah mengembalikan kekuasaan ke tangan rakyat.
Ratusan warga Thailand berkumpul di sekitar Thammasat University, kampus yang dianggap banyak pihak sebagai markas oposisi pemerintah dan kerajaan
- Dunia Hari Ini: Warga Thailand yang Dituduh Bunuh 14 Orang Dijatuhi Dihukum Mati
- Pemerintah Thailand Akhirnya Minta Maaf atas Pembantaian Tak Bai
- Puluhan Massa dari AMPPUH Gelar Demonstrasi, Begini Tuntutan Mereka
- 2 Demonstran Ditangkap Buntut Aksi Anarkistis yang Menewaskan Anggota Satpol PP Lebak
- Gerakan Mahasiswa dan Pemuda Sulsel Berdemonstrasi di Depan Istana Presiden, Begini Tuntutannya
- Ratusan Pedagang JPM Tanah Abang Berdemo, Ini Tuntutan Mereka