Ramadan, Impor Barang Konsumsi Berpotensi Naik

’’Sebenarnya kita tidak apa-apa mengimpor beras yang value added-nya tidak begitu tinggi. Kita punya cokelat dan kopi yang value added-nya tinggi. Itu bisa kita ekspor. Jadi, jangan sebaliknya,’’ jelas Sita.
Selain itu, pemerintah harus terus mengedukasi masyarakat agar mengganti bahan makanan pokok selain nasi. Hal itu dapat menurunkan kebutuhan impor beras sehingga CAD bisa ditekan.
’’Ini bisa dilakukan meski efeknya cenderung lama,’’ ucapnya. Sita memprediksi pertumbuhan konsumsi rumah tangga selama kuartal II mencapai 5,1–5,2 persen, lebih tinggi daripada kuartal I yang 5,01 persen.
Menko Bidang Perekonomian Darmin Nasution menambahkan, kenaikan impor barang konsumsi tak terelakkan lagi.
’’Memang pajak impor sudah naik. Tapi kalau Lebaran, THR turun, daya beli naik. Bisa saja impornya naik, tapi nanti kita lihat lagi seberapa,’’ tutur dia. (rin/c19/oki)
Momen Ramadan selalu mendorong kenaikan konsumsi masyarakat,menyebabkan impor barang konsumsi selalu naik.
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Data BPS: Inflasi Tahunan Maret 2025 Lebih Rendah dari Tahun Lalu
- Makin Anjlok, Kurs Rupiah Tembus Rp 16.588 Per USD
- Wawali Iswar Apresiasi Gerakan Pangan Murah Serentak se-Jateng Digelar di Kota Semarang
- Gubernur Herman Deru Ikuti Rakor Bersama Mendagri Secara Virtual, Bahas 2 Hal Penting
- Penyakit Tumbuh
- Deflasi Tahunan Kembali Terjadi sejak Maret 2000, Daya Beli Masyarakat Aman?