Rasanya SBY-Boediono akan Menang
Jumat, 15 Mei 2009 – 15:10 WIB
Jika masih boleh berangan-angan, memang semestinya aspirasi rakyat tentang siapa capres dan cawapres yang pantas, harus ditampung kaum elit dan partai-partai sebagai sarana demokrasi. Bukan memenggalnya, bagai mutilasi demokrasi.
Baca Juga:
Menyesal sangat. Mungkin tidak ada partai yang melakukannya. Misalnya, dengan cara bertanya lebih dulu kepada rakyat yang telah mencontreng para elit politik itu pada Pemilu 2009 lalu. Yang disaksikan rakyat adalah, hanya pengurus DPP parpol, atau sebuah tim kecil, atau jangan-jangan ketua umum atau sesepuh pembina parpol saja, yang berhak memutuskan siapa capres dan cawapres mereka.
Rupanya, rakyat hanya dibutuhkan saat pemilu dan saat pilpres. Perkara siapa yang dipilih menjadi capres dan cawapres, sudah di luar hak dan jangkauan rakyat pencontreng. Terbukti, putusan-putusan penting itu bisa mengambil tempat di kantor DPP parpol, di rumah kediaman pemimpin, atau bahkan di hotel-hotel mewah, yang jauh dari jangkauan rakyat.
Cara-cara seperti itu mengingatkan kita kepada iklim politik di masa Orde Baru, meski tak sama dan sebangun. Kala itu, parpol cenderung mengungkapkan berbagai kriteria calon presiden, sehingga hanya cocok untuk sebuah nama. Tak heran, walaupun pilpres belum diselenggarakan, publik sudah tahu dan yakin bahwa sang bapak-lah yang pantas dan lalu terpilih sebagai presiden.