Ratu Elizabeth Wafat, Suara Sumbang Bermunculan di Bekas Jajahan
jpnn.com, KINGSTON - Belum sampai 24 jam sejak Ratu Inggris Elizabeth II mengembuskan napas terakhirnya di dunia, suara-suara sumbang sudah terdengar di sejumlah negara Persemakmuran.
Meski sudah merdeka, 14 dari 54 anggota Persemakmuran sampai saat ini masih menerima Raja Inggris sebagai kepala negara mereka.
Nah, kematian Elizabeth menghidupkan lagi pertanyaan-pertanyaan tentang manfaat dan efektivtas sistem tersebut.
Selain itu, desakan agar Inggris membayar ganti rugi atas praktik perbudakan yang mereka lakukan ketika sebagian besar negara yang kini jadi anggota Persemakmuran masih berstatus jajahan.
Aktivis dan kelompok HAM di Karibia berharap pergantian kepemimpinan monarki dari Ratu Elizabeth ke Pangeran Charles dapat membuka pintu keadilan.
“Ketika peran monarki berubah, kami berharap ini bisa menjadi kesempatan untuk memajukan diskusi tentang reparasi untuk wilayah kami,” Niambi Hall-Campbell, seorang akademisi berusia 44 tahun yang mengepalai Komite Reparasi Nasional Bahama, mengatakan Kamis.
Hall-Campbell ikut berbela sungkawa atas kepergian Ratu Elizabeth. Namun, dia juga mengingatkan bahwa Pangeran Charles dalam sebuah upacara tahun lalu telah mengakui perbudakan sebagai kekejaman mengerikan.
Dia berharap Charles akan memimpin dengan cara yang mencerminkan "keadilan yang dibutuhkan saat itu. Dan keadilan itu adalah keadilan reparatoris."
Kematian Ratu Elizabeth II dimanfaatkan pihak-pihak untuk mengungkit dosa-dosa Inggris terhadap negara jajahan dan korban perbudakan
- Raja Charles & Dosa Kolonialisme
- Ratu Elizabeth II, Warisan yang Tak Ada Duanya
- Ratu Elizabeth II, Gubernur Tertinggi Gereja Anglikan dan Kisah Kunjungannya ke Masjid
- Surat Misterius Ratu Elizabeth II, Boleh Dibuka pada 2085
- Beginilah Detail Prosesi Pemakaman Jenazah Ratu Elizabeth Hari Ini
- Ditolak Warga, Putra Mahkota Saudi Jadi Hadiri Pemakaman Ratu Elizabeth?