Ratu Tisha Destria, Alumnus FIFA Master 2013 dan Co-Founder LabBola
Tesisnya Dicueki Kemenpora, Diminati Kementerian Olahraga Inggris
Tisha memaparkan, tawaran dari beberapa liga negara Asia kepadanya untuk bekerja sama terus berdatangan setelah mengikuti FIFA Master itu. ”Tetapi, saya tetap ingin mengembangkannya di Indonesia dulu. Mungkin ini jadi nilai plus setelah FIFA Master. Jaringan saya di Asia semakin luas. Semoga ini jadi awal bagus untuk mengejar target mengembangkan LabBola dan sepak bola Indonesia di level Asia,” tandasnya.
Hanya, PT LI sendiri sudah punya rencana menggandeng Tisha untuk mengembangkan kompetisi tanah air. Hal itu diungkapkan Sekretaris PT LI Tigorshalom Boboy. Ditemui terpisah, Tigor –sapaannya– menyatakan bahwa pihaknya bakal menggandeng Tisha pribadi untuk ikut dalam memberikan pencerahan kepada klub-klub.
Hal itu akan dilakukan PT LI sebelum kompetisi musim 2015 bergulir. Untuk ISL, roda kompetisi direncanakan mulai berjalan pertengahan Februari. ”Makanya, dalam sebulan penuh, entah itu Desember atau Januari, kami akan lakukan workshop itu. Kami harap semua pengalamannya bisa diberikan pada program tersebut dan klub pun dapat memaksimalkan kehadiran Tisha,” tuturnya.
Keberadaan Tisha dianggap Tigor akan sangat membantu pihaknya dalam meningkatkan grade kualitas pengelolaan di klub. Sebab, di FIFA Master juga diajarkan bagaimana mengelola semua aspek sepak bola, mulai bisnis hingga youth development-nya, dengan baik. Itu yang masih belum dipenuhi semua klub Indonesia, di ISL sekalipun.
Untuk tahun ini saja, berdasar laporan dari Club Licensing Department (CLD) PSSI, di level ISL saja hanya ada tiga klub yang memenuhi standar lisensi. Yakni juara ISL Persib Bandung, runner-up Persipura Jayapura, dan semifinalis Arema Cronus. ”Dan semua yang dipelajari Tisha ini masuk dalam aspek club licensing itu. Beruntung Indonesia punya orang seperti dia,” pujinya.
Tigor mengakui, tidak mudah mendapatkan kesempatan ikut FIFA Master tersebut. Dia pun mengaku sudah sering meng-apply dan gagal mendapatkannya. Alumnus FIFA Master kebanyakan masuk dalam institusi elite seperti FIFA, AFC, dan IOC. ”Sekarang Tisha masih di sini dan dia tidak akan ke mana-mana. Itu akan sangat membantu kami,” tegasnya.
Secara pribadi, di mata rekan-rekan kerjanya di LabBola, sosok Tisha dikenal rendah hati. Di satu sisi, dia memang pendiri LabBola. Tapi, di sisi lain, dia tidak mau diposisikan layaknya bos sebuah perusahaan. Sekalipun dia dan Hardani sebagai leader, semua pekerjaan dikerjakan bersama-sama tanpa mengenal atasan dan bawahan.
Hal tersebut diungkapkan salah seorang kru LabBola Syafiq Bahanan. Dia menganggap banyak hal yang selangkah lebih maju dari seorang Tisha setelah mengikuti FIFA Master itu. Termasuk dari sisi wawasan sepak bolanya. Bukan lagi bicara skup nasional ataupun regional, Tisha sudah melangkah ke level Asia dan dunia. (*/c9/sof)
Sepak bola Indonesia memang belum mampu berprestasi di pentas dunia. Namun, Indonesia masih bisa berbangga karena salah seorang anak mudanya bisa
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408