Ratusan Kera Liar Menyerang Tanaman, Petani Percaya Mitos
Mereka tidak berani membunuh kera-kera liar itu lantaran ada mitos bahwa membunuh kera akan berdampak buruk pada kehidupan warga.
‘’Tapi kalau terpaksa ya tetap ditembak, misalnya menyerang tiba-tiba,’’ jelasnya.
Mengantisipasi serangan pada tanaman, sebagian petani memasang jaring sebagai pelindung.
Miseni, petani di Dusun Tenun, Desa Broto mengatakan, kera liar menyerang karena ekosistem hutan sudah berubah.
‘’Saya yakin kera-kera liar itu sebenarnya juga bukan dari sini, tapi dari daerah lain yang hutannya mulai rusak. Sebab, dari dulu tidak ada kera liar sebanyak ini di desa kami,’’ paparnya.
Akibat serangan kera liar itu, para petani menjadi waswas untuk memulai musim tanam. Sebab, hampir semua tanaman dirusak oleh kera liar, termasuk padi, sekalipun tidak dimakan.
Saat ini, lanjut Miseni, ada sekitar 50 petani dengan luas areal pertanian dan perkebunan mencapai sekitar 11 hektare yang dihantui serangan kera liar. Terakhir, pada Sabtu (28/10) lalu ada ratusan kera liar turun menyerang tanaman jagung warga.
‘’Saya sempat dengar dan melihat ada petani yang berteriak menghalau kera-kera itu. Jumlahnya memang tidak sebanyak sebelumnya, tapi mencapai seratusan ekor,’’ terangnya.
Para petani tidak berani membunuh kera-kera liar itu lantaran ada mitos bahwa membunuh kera akan berdampak buruk pada kehidupan warga.
- Upaya Bantu Petani Indonesia Atasi Perubahan Iklim Mendapat Penghargaan
- Pupuk Indonesia Percepat Penebusan Pupuk Subsidi di Wonogiri untuk Dukung Musim Tanam
- Pupuk Indonesia dan Wapres Ajak Petani Tebus Pupuk Bersubsidi di Kegiatan Rembuk Tani
- Sambut Musim Tanam, Pupuk Indonesia Gelar Rembuk Tani
- Bertambah Lagi, Desa Energi Berdikari Pertamina Hadir di Indramayu
- Bagaimana Cara Daftar Brigade Swasembada Pangan? Ini Penjelasan Kepala BPPSDMP Kementan