Ratusan Pelajar di Jawa Barat Antusias Ikuti Gerakan Siswa Sadar Stunting
Menurut Poppy, penyuluhan penanggulangan stunting di kalangan pelajar menengah-atas sangat diperlukan.
Sebab, salah satu penyebab masih tingginya angka stunting (sekitar 24,4%) di Indonesia antara lain adalah masih kurangnya asupan gizi di kalangan remaja, khususnya remaja putri.
Data Kementerian Kesehatan menunjukkan 32% remaja putri di Indonesia masih mengalami kekurangan energi kronik.
Faktor lainnya adalah pernikahan di usia muda sehingga terjadi kehamilan di bawah usia 21 tahun.
Data menunjukkan 46% kehamilan pertama di Indonesia terjadi pada perempuan di bawah usia 21 tahun, padahal tenaga dan ahli kesehatan menyarankan usia pernikahan ideal bagi perempuan di atas 21 tahun.
"Oleh karena itu, kami menganggap penyuluhan ini penting untuk diberikan kepada adik-adik pelajar dan santri agar sejak dini mereka bisa memperbaiki asupan gizi mereka dan mempersiapkan diri mereka untuk pernikahan dan kehamilan secara lebih baik,” ujar Poppy.
Dalam kegiatan untuk pelajar ini, HaloPuan dan LKNU melakukan pendekatan yang sedikit berbeda. Siswa SMK Terpadu Ad-Dimyati diberi ruang untuk tampil.
Mereka antara lain menampilkan drumband yang mengiringi qasidah “Ya Lal Wathon” dan kabaret, atau drama yang dipadukan dengan musik, nyanyian, dan tarian.
Ratusan pelajar SMA di Jawa Barat antusias mengikuti Gerakan Siswa Sadar Stunting yang diselenggarakan HaloPuan LKNU.
- Mendagri Tito Ungkap Ada Program Stunting Anggarannya Rp 10 M, tetapi Sampai ke Rakyat Rp 2 M
- Salurkan 32.000 Telur untuk Ratusan Anak Terindikasi Stunting
- Menteri Kependudukan Petakan Daerah dengan Keluarga Berisiko Stunting
- JICT Bikin Terobosan Menekan Angka Stunting di Jakarta Utara
- Begini Cara Polri Kawal Program Pencegahan Stunting di Pelalawan
- Pram-Doel Dapat 50,07 Persen Suara, Puan Yakin Pilkada Jakarta Satu Putaran